Skip to main content

Roda Berputar

Hidup memang seperti roda berputar.
Kita tidak selamanya berada diatas.
Tidak selamanya juga berada dibawah.
Semuanya bergantian seiring berjalannya waktu.
Lama atau tidaknya kita ada di posisi tersebut,
kita sendirilah yang menentukannya.


Kegembiraan saya di hari-hari sebelumnya seketika sirna saat muncul sebuah masalah kecil yang dibesar-besarkan di suatu pagi yang mendung. Tidak perlu saya ceritakan detailnya mengenai masalah tersebut. Namun masalah tersebut cukup membuat saya kesal sehingga saya pun memutuskan untuk pergi melanglangbuana entah kemana, hanya bersama Roady, sepeda saya tercinta.

Saya sudah sangat menyadari bahwa saya adalah orang yang paling tidak bisa sendirian kalau ada masalah. Bukan karena saya tergantung atau apa. Tapi kalau kalian mau menyebut seperti itu, tidak masalah juga buat saya. Saya sangat membutuhkan orang lain yang bisa mengalihkan perhatian saya dari masalah-masalah yang saya alami. Orang yang walaupun tidak akan membantu menyelesaikan masalah saya, namun setidaknya mereka bisa membuat saya tenang dan tidak tenggelam dalam kekesalan saya. Sayangnya, saya tidak menemukan seorang teman pun yang bisa membuat saya melupakan kekesalan tersebut. Karena 2 orang teman saya yang pada awalnya janjian untuk bersepeda bersama pun membatalkan janji tersebut.

Akhirnya saya terus melakukan perjalanan saya menuju Gazibu dan sekitarnya. Perasaan saya masih belum tenang saat itu. Padahal sudah hampir 1 jam saya menempuh perjalanan. Sampai akhirnya saya tiba di Monumen di dipatiukur, dan memutuskan untuk berhenti sejenak di belakang monumen tersebut. Saya pun kemudian menggunakan kesempatan untuk mengirimkan sms ke beberapa teman saya. Baik teman lama maupun teman sehari-hari. Saya berharap ada seseorang yang bisa saya temui pagi itu. Namun, hasilnya ternyata nihil. Tidak satupun diantara mereka yang bisa saya temui.

Mulai bosan dengan keadaan sekitar, saya pun memutuskan untuk pergi. Tapi saya sama sekali tidak tahu kemana arah tujuan saya. Sampai akhirnya saya mencoba memasuki jalan ke arah perumahan di belakang telkom. Disanapun saya menemukan sebuah lapangan kosong, dan memutuskan untuk diam sejenak. Di tempat itu, air mata saya hampir mengalir. Saya tidak suka dengan keadaan ini. Saya benar-benar butuh orang lain yang bisa membuat saya melupakan semuanya. Dan memperbaiki mood saya kembali. Namun, siapa yang bisa saya temui?
Saya pun mulai mengirim sms ke teman saya yang lain. Akhirnya ada 2 teman yang merespon bahwa mereka bisa saya temui. Yang satu teman SMA saya, satu lagi teman POTRET saya. Namun saya memilih untuk menemui teman SMA saya, karena memang saya sudah lama tidak ke rumahnya.


(Roady parkir di lapangan belakang telkom)

Perjalanan yang saya lalui pun tidak selancar yang saya bayangkan. Rumah Adel, teman saya tersebut, di Cigadung. Dan setelah melewati 2 tanjakan terjal, ternyata saya baru menyadari bahwa saya salah jalan. Saya malah sudah sampai di Awiligar. Dan saya harus memutar balik untuk sampai ke Cigadung.

Perasaan saya pun semakin tidak enak, namun perjalanan harus tetap dilanjutkan. Disanalah, awal kesialan saya terjadi lagi. Roady sempat terjatuh saat saya akan memulai perjalanan memutar menuju cigadung. Namun sampai saya benar-benar sampai di jalan cigadung raya, kondisi Roady masih baik-baik saja. Tapi lama-lama, saya merasakan sesuatu yang aneh. Pedal (yang buat ngeboseh) bagian kirinya tiba-tiba goyang-goyang, seperti melonggar. Namun, saya tetap meneruskan perjalanan, karena saya kira itu hanya goyang-goyang dikit saja. Sampai akhirnya, saya memang harus menghentikan perjalanan saya. Karena pedal kiri tersebut akhirnya copot. AHHHH!!! Apa lagi iniii????!!!!!!! Saya benar-benar kesal!

Di menit pertama, saya berusaha memperbaikinya, namun gagal. Saya tidak mengerti bagaimana cara memasangnya kembali. Menit berikutnya saya menelpon Adel, meminta dia untuk nyamperin saya. Setidaknya saya butuh teman, benar-benar butuh. Menit berikutnya lagi saya sms Biyan, karena dia adalah partner sepeda yang mengerti sepeda. Namun tetap belum ada penyelesaian pasti. Menit berikutnya ada seseorang yang ingin saya sms, dan meminta pertolongan juga. Namun, tidak, saya harus mandiri. Itu yang saya katakan pada diri saya.

Kebetulan yang lumayan, posisi saya saat itu tepat di depan sebuah bengkel las. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta pertolongan pada bapak yang ada disana. Sepertinya baru kali ini saya berani melakukannya sendiri, tanpa harus ada teman yang menemani saya. Sang bapak baik hati beserta istrinya yang tidak kalah baik hati itu pun membantu saya. Walaupun beliau mengakui bahwa beliau pun sebenarnya tidak mengetahui cara memasangnya kembali, namun beliau tetap mencobanya. Akhirnya, pedal tersebut terpasang kembali. Namun beliau tidak lupa untuk mengingatkan saya cara memasangnya, karena bisa saja pedal tersebut lepas lagi suatu waktu.

Akhirnya saya pun pergi meninggalkan keluarga baik tersebut dengan sedikit senyuman. Ini pengalaman gila menurut saya. Karena kesialan benar-benar sedang mendatangi saya. Saya pun meneruskan perjalan dengan menaiki Roady. Namun, karena takut akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, saya pun memutuskan untuk turun dan berjalan sambil menuntun Roady. Saya menuju rumah Adel. Ditengah perjalanan pun akhirnya saya bertemu dengan Adel. Waaaaaaaa, akhirnya. Saya pun segera menceritakan tentang pedal copot dengan sangat semangat ke dia. 1 Hal yang saya sukai dari Adel, dia selalu bisa membuat saya nyaman untuk bercerita. Walaupun dia hanya diam, tersenyum, dan menanggapi cerita saya dengan kalimat-kalimat singkat, namun saya tetap senang untuk cerita ke dia. Karena walaupun dia tidak banyak mengeluarkan komentar, tapi saya tau dia mendengarkan cerita saya (ahha, ya ga sih del? :D ). Memang orang yang tenang seperti itu yang dibutuhkan oleh orang gerasak gerusuk seperti saya. Hehe.

Sesampainya dirumah Adel, saya pun disuguhi sarapan pagi. Cukup membuat mood kembali naik. Dan akhirnya saya pun bercerita mengenai permasalahan saya ke dia. Ya, lega rasanya mengeluarkan semua yang saya rasakan. Tanpa harus menangis tentunya.

(dikamar adel)

Setelah cukup lama berada di rumah Adel, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Adel juga sekalian mau pergi ke kampusnya. Kami pun menempuh perjalanan dengan berjalan kaki sampai simpang.

(dijalan kecil menuju simpang)

Sebenarnya saya belum mau pulang. Tapi karena satu dan lain hal, saya diharuskan untuk pulang. Alhamdulillah saya sampai dirumah dengan selamat, tanpa harus mengalami kejadian buruk lagi. Kemudian saya pun segera siap-siap untuk pergi lagi dan melakukan beberapa hal yang diminta oleh ibu saya. Setelah menyelesaikan permintaan ibu saya, saya pun kembali pergi entah kemana. Yang pasti saya ingin pergi, saya tidak ingin berada dirumah.

Saya pun memutuskan untuk pergi memakan Es Krim, sebelum akhirnya saya ke BEC untuk mencari Earphone. Saya pergi ke Ice Cream For Ice Cream, sendirian. Hal yang sudah lama sekali tidak saya lakukan, yaitu pergi ke tempat umum sendirian. Sebenarnya ada seorang teman yang saya ajak untuk makan es krim bersama. Namun, dia menolak karena sedang tidak berduit. Oke, tidak apa-apa. Sendiri juga menyenangkan ko.
Sambil mencoba menyelesaikan membaca novel Kevin karya Torey Hayden yang sudah bertahun-tahun tidak pernah selesai, dan saat ini pun saya mengulang dari awal untuk membacanya.


Tapi tiba-tiba teman yang menolak ajakan makan es krim tersebut pun mengirim sms lagi. Kali ini, dia mengajak untuk menonton. Saya yang sebenarnya sangat anti dengan film horor yang begitu-begituan pun menerima ajakan tersebut. Karena ya, lagi-lagi saya akui, saya paling tidak bisa sendiri. Saya lebih memilih untuk bersama teman-teman saya, terutama disaat-saat mood saya sedang tidak bagus. Saya benar-benar butuh orang lain untuk mengalihkan permasalahan saya. Akhirnya saya pun mengajak beberapa teman lain untuk pergi nonton.

Yang saya senang adalah, dengan seketika mood saya menjadi bagus kembali. Saya sempat benar-benar merasa depresi di pagi itu. Bahkan setelah saya menemui Adel pun saya masih sangat depresi. Saya pun sempat mengirim sms ke seorang teman yang menceritakan bahwa saya ingin mengisolasi diri saya. Saya ingin sendiri, saya tidak ingin bertemu teman-teman saya dulu. Bahkan saya berkata bahwa saya ingin berhenti untuk mengejar segala sesuatu yang sedang saya usahakan untuk saya dapatkan. Mungkin berhenti untuk sementara, sampai saya merasa tenang. Atau mungkin selamanya. Saya benar-benar berada di fase krisis saat itu.

Namun semuanya tiba-tiba hilang. Semua kesedihan, kekesalan, semua permasalahan itu mendadak terlupakan dengan berkomunikasi dengan teman-teman saya. Saya pun mulai tenang. Saya akhirnya memutuskan tidak untuk berhenti. Saya tidak ingin mengisolasi diri (walaupun ini masih sempat terpikirkan untuk saya lakukan, namun tetap tidak bisa).

Ya, begitulah hidup. Seperti kata lagunya The Moffatts, one minute you're happy the other you're sad. Kita tidak akan pernah tau kapan masalah akan mendatangi kita, dan kapan masalah akan meninggalkan kita. Yang bisa kita lakukan adalah, jangan pernah berhenti berusaha untuk memperbaiki segala sesuatu yang tidak baik-baik saja dalam hidupmu. Karena saat kamu berhenti, disitulah kamu tidak akan pernah tau apa yang sebenarnya bisa kamu dapatkan.

Take every moment, you know that you own them!

Buatlah hari-hari kamu menjadi lebih baik lagi.
Jangan terlalu lama untuk berada dalam keterpurukan.
Karena cepat atau lambatnya kita dalam suatu posisi, kita lah yang menentukan.
Kalo ingin cepet, then make it fast.
Kalo ingin lambat, then make it slow.
Kita yang bisa menentukan nasib kita sendiri.

Ya, salam persahabatan!

P.S : Thanks to Adel, Oli, Acid, Eja, Atnan. Terimakasih sudah mau menemani saya di hari itu.

Comments

dheaditya's said…
udah jalan sendiri, bacanya kevin lagi. hahayy! asoy berat nih emang nih..

menikmati kesendirian ya na?
aku doain segera punya pacaar yang kamuu inginkan..
Aulia Fitrisari said…
If i told you things i did before
told you how i used to be
would you go along with someone like me
if you knew my story word for word
had all of my history
would you go along with someone like me

i did before and had my share
it didn't lead nowhere
i would go along with someone like you
it doesn't matter what you did
who you were hanging with
we could stick around and see this night through
usually when things has gone this far
people tend to disappear
no one will surprise me unless you do

i can tell there's something goin' on
hours seems to disappear
everyone is leaving i'm still with you

it doesn't matter what we do
where we are going too
we can stick around and see this night through

and we don't care about the young folks
talkin' 'bout the young style
and we don't care about the old folks
talkin' 'bout the old style too
and we don't care about their own faults
talkin' 'bout our own style
all we care 'bout is talking
talking only me and you
Ariana Hayyulia said…
dhea : hahhaa. iya dhe, lebih tepatnya mencoba menikmati kesendirian.. walaupun yg berhasil di nikmati cuma bagian makan es krim.. hhaha. ayo dhe, traktiran makan es krim aja.. ahhahaha.. tp boleh 5 scope ya.. hahah. :)

aul : aw aw aw, ini lagu ul? lagu siapa? touchy pisan lah ul.. hihi. :)

Popular posts from this blog

Kamar Baru Ku

Hore! akhirnya kamar saya kembali tersusun sebagai mana mestinya. Ada sedikit perubahan (lagi) di kamar ini. Perubahan letak kasur, meja belajar, meja tv. Haha. Hmmm, jadi kira-kira ini kali ketiga saya merubah letak-letak semua barang. Semoga kerapian kamar ini berlangsung lama. Yeah!

Lucciano Pizzichini

Seorang teman saya memasukkan sebuah link yang berisi vidio seorang anak kecil yang jago bermain gitar di umur 8 tahun. Kemudian saat menunggu vidio tersebut bisa diputar tanpa terhambat sedikitpun, saya pun melihat-lihat vidio lainnya. Kemudian saya pun meng-klik sebuah vidio dengan anak sangat lucu didalamnya . Namanya Lucciano Pizzichini , saat itu dia berumur tujuh tahun dan kalian lihat saja lah vidionya. Ahh, sangat menggemaskan sekali anak ini. Yang membuat saya tertarik adalah anak ini bisa sangat ceria di bawah panggung, dan bisa sangat tenang di atas panggung. Saya yakin dia akan menjadi musisi besar suatu hari nanti, dan saya ingin bertemu dengan dia. haha. Dan lihat! Nuansa anak-anaknya sangat tergambar pada dua gitarnya yang ditempeli sticker spongebob!

......

Mendadak tidak mau mempercayai orang lain. Bagaimana bisa percaya? Bahkan mereka tidak menghargai apa yang telah saya buat? Hanya bisa mencaci maki saja..