Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Sementara #2

Mungkinkah cinta itu seperti matahari? Yang akan digantikan oleh bulan ketika malam menjelang. Apakah cinta itu seperti satu gelas teh hangat? Yang tetap akan habis meskipun kau menikmatinya secara perlahan. Atau mungkin saja cinta seperti batu? Yang akan terkikis ketika terus menerus ditetesi air. Lalu, apakah ini berarti cinta itu memang bersifat sementara? Yang akan lenyap begitu saja, tanpa adanya peringatan.

Sementara

Mencintaimu.. Tidak perlu berbagai macam alasan.. Mencintaimu.. Hanya membutuhkan rasa aman dan juga nyaman.. Tidak peduli apa yang akan dikatakan orang tentang kita Tidak peduli seberapa sering aku marah karena kau acuhkan Perasaanku (mungkin-atau biasanya) akan tetap sama Sama sampai rasa aman dan nyaman itu hilang Maafkan perasaanku Dia memang terlalu sentimentil Kau tak perlu risau karenanya Dia hanya bersifat sementara

Sabarlah Menanti

Perjalanan ini ternyata penuh tanya Pencarian makna tak kunjung mereda Rasa khawatir pun terus melanda Menanti jawaban yang membutuhkan aksi nyata Haruskah terus aku kayuh kapal ini? Meski daratan tak kunjung menghampiri? Menembus badai yang kian menguat Melewati waktu yang terasa melambat Kemudian kudengar lembut suara hati yang meminta untuk tidak berhenti "sabarlah engkau menanti, hadirnya sang mentari yang akan mengajakmu menari menyambut datangnya sang pagi" -- Berhentilah berlari, ada yang menunggumu di sini.

Dari Sebuah Kabar

Mimpi ini tidak pernah mati. Itulah yang seharusnya terjadi. Semakin hari bisa berapi-api. Karena dia lah yang mematikan sepi. Namun ketika muncul resah dalam hati, Berikanlah pertanyaan pada diri, Apakah memang ini mimpi yang dinanti? Ini bukan lagi perihal romansa, namun tetap menyangkut asa dan rasa. Datang lagi sebuah kabar, dari yang sudah lama tidak bercengkrama. Kota ini akan kembali ditinggalkan, demi sebuah mimpi yang tak kunjung pudar. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, namun setiap manusia yang memutuskan untuk pergi ke sana, seolah tidak pernah kembali. Hanya kembali, di saat mereka benar-benar melepaskan semua yang telah digenggam di dalam kota yang penuh akan hiruk pikuk manusia itu. Lantas tercetus sebuah pertanyaan, "haruskah mengikuti langkah mereka?"

Be your self

Mungkin memang petuah " be your self " itu tidak boleh diacuhkan begitu saja. Ya, sudah jelas dan pasti bahwa tidak ada orang yang tidak familiar dengan petuah tersebut. Beberapa diantaranya mungkin sudah bosan untuk mendengarkannya. Tapi pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar melakukan hal itu dengan sepenuh hati? Alih-alih tidak ingin dikecewakan atau tidak ingin dipandang seperti begini ataupun begitu, tidak jarang orang mengeluarkan sikap diluar kebiasaannya. Orang yang sebenarnya sangat menyenangkan, hangat, dan ramah, bisa saja tiba-tiba menjadi sangat kaku, pendiam, dan penuh curiga.  Orang yang sebenarnya penuh dengan ide-ide menarik, wawasan yang luas, bisa tiba-tiba menjadi sangat membosankan, atau terkesan angkuh.  Terlalu banyak informasi yang diserap dari luar pun tidak begitu bagus. Informasi itu akan sangat bagus ketika dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan. Tapi tetap saja keputusan harus sesuai dengan apa yang dirasakan ol

Awas terjatuh!

Rasanya bagaikan anak kecil yang dibiarkan berjalan sendiri, namun belum juga terjatuh, sudah diteriaki "hati-hati nak, awas kamu terjatuh!". Sontak anak itu akan terkejut, dan mulai meragukan langkahnya. Kemudian ketika suasana sudah agak tenang, sang anak berjalan lagi pelan-pelan, namun penuh ekspresi. Sang ibu menganggapnya sebagai pertanda bahwa anak ini akan mulai berlari. "Jangan berlari nak! Pelan-pelan! Nanti kamu terjatuh! Nanti kamu sakit!". Sang anak sontak akan menghentikan langkahnya lagi, dan mulai berjalan pelan kembali. Ketika pada akhirnya, sang anak tidak pernah merasakan sakitnya jatuh, dan ketika sang ibu tidak mengawasi, ia pun terjatuh begitu kerasnya. Ketika itu terjadi, terbayangkah bagaimana perasaan sang anak? Entahlah, apakah analogi ini bisa mewakili segenap perasaannya.