"Do what you love and love what you do"
Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menyikapi hidup mereka. Ada yang menjalaninya dengan serius, ada yang santai, atau bahkan ada yang terkesan acuh tak acuh. Pada awalnya saya membagi lagi kategori orang menjadi pemimpi dan real. Pemimpi adalah mereka yang melakukan sesuatu hal yang tidak biasa dilakukan orang lain, real adalah mereka yang memang melakukan apa yang (kata orangtua) sepatutnya mereka lakukan. Lebih jelasnya lagi, saya membaginya menjadi orang yang ingin memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang pasti, dan orang yang tidak demikian.
Kemudian, seketika saja pandangan itu sedikit berubah. Pada awalnya saya tidak mengganggap orang-orang yang real tersebut (juga) sebagai pemimpi. Mereka adalah orang-orang yang "membunuh" mimpinya, itulah yang awalnya saya pikirkan. Kemudian saya berdiskusi dengan seorang teman, kondisinya disini adalah, menurut saya dia termasuk dalam kategori orang yang real. Keingintahuan saya yang besar dan ke-sotoy-an saya yang menganggap sebenarnya dia pun merupakan seorang pemimpi yang "membunuh" mimpinya untuk orang lain, membuat saya terus mencari tahu alasan dia "membunuh" mimpi tersebut.
"Saya harus keluar dari zona nyaman saya"
Begitulah jawaban yang keluar dari mulutnya ketika saya menanyakan mengapa dia memilih untuk menjadi real. Saya pun semakin heran karena pada saat itu saya berpikir, malah dengan dia menjadi real itu lah berarti dia menempatkan dirinya pada sebuah zona nyaman. Aman dan stabil itulah yang dicari-cari, sedangkan sebagai seorang pemimpi, tentu saja hidup tidak akan menjadi aman dan stabil, bahkan yang para orangtua khawatirkan adalah, hidup menjadi tidak pasti. Namun setelah berdiskusi lebih panjang lagi, saya kembali memikirkan pengkategorian orang tersebut, si pemimpi dan si real. Ada sebuah statement yang membuat saya mengubah cara pandang mengenai hal ini.
"Saya melakukan ini juga untuk menyenangkan orang tua, sebagai balasan atas apa yang telah mereka perjuangkan, karena mereka yang menyekolahkan"
Criiingg, ketika itu saya pun sedikit tersentak. Pikiran saya kembali berputar, berputar-putar dari pemikiran ini ke pemikiran itu, berbelok-belok dari pemikiran si ini ke pemikiran si itu, sampai pada tahap saya mau mengakui, bahwa kategori orang yang saya sebutkan diatas tidak sepenuhnya bisa diterapkan ke setiap orang. Dalam artian, orang-orang yang saya kategorikan sebagai real tersebut pun tetap menjadi seorang pemimpi. Meskipun dia "membunuh" mimpi pribadinya, namun dia bermimpi untuk orang lain. Itu tetaplah sebuah mimpi, mimpi membahagiakan orang lain misalnya.
Ada yang akan setuju ada yang tidak, namun semua kembali pada diri masing-masing. Cara pikir kita tidak mungkin sama, cara kita menyikapi hidup pun tidak akan sama. Semua punya definisi dan tujuannya masing-masing. Berbeda tidak berarti harus saling mengucilkan, berbeda berarti untuk saling mengisi dan mengingatkan.
I don't really need you to understand everything I've done, just admit it, and everything will be just fine. Trust me.
Yeaa, still
"Every dream deserves a fighting chance"(the fighter movie)
Do what you think is right, never give up.
Comments