Skip to main content

Papa-ku

Kembali mengingat apa yang pernah terjadi beberapa tahun silam.

Ketika itu aku berumur 8 tahun, masih menjadi siswi kelas 2 SD di Duri, Riau. Aku mendapat berita bahwa aku, mama dan abang-abang akan dipindahkan ke Bandung. Sepertinya saat itu aku tidak bisa menerima keputusan papa yang berniat memberikan pendidikan dengan fasilitas yang lebih baik. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan bahwa aku lebih memilih tinggal bersama papa. Mendengar itu, aku pun langsung diberi "ancaman" dengan sebuah pertanyaan, "kalau tinggal sama papa, kamu mau masakin papa?". Seingatku, aku menjawab, "adek bisa masakin telor". Tentu saja pernyataan itu ditolak mentah-mentah. Anak umur 8 tahun, bahkan makan pun masih belepotan, berniat tinggal berdua saja bersama papanya, jauh dari mama yang memang bertugas untuk mengurusnya. Dengan berat hati, akhirnya aku menuruti kemauan papa dan mamaku. Kami pun pindah ke Bandung, tanpa papa. 

Sebenarnya, kami juga bukan tipe keluarga yang sangat dekat satu sama lain. Cenderung tipe yang cuek, mengurus keperluannya masing-masing. Sehingga tinggal jauh dari papa, bukan hal yang membuatku sedih berlarut-larut. Papa ku sepertinya sama seperti papa-papa pada umumnya. Seorang kepala keluarga yang sangat tegas ke anak-anaknya. Beliau dibesarkan dengan didikan yang cukup keras dari opaku, setidaknya itu yang aku tahu. Semua serba teratur dan disiplin, sehingga papa pun menerapkan hal tersebut kepada kami. Berbeda dengan mama yang cenderung cuek dan lebih memanjakan anak-anaknya. Pada akhirnya perbedaan karakter keduanya, ditambah aku yang lebih terbiasa dengan didikan mama, memunculkan perasaan takut ketika berhadapan dengan papa. Aku takut papa marah, takut berbuat kesalahan, takut dengan penolakan. Sehingga terkadang, apabila kami sedang libur sekolah dan mengunjungi papa, aku yang saat itu masih kecil, sering merasa tidak betah tinggal dengan papa. Sedih juga mengingatnya, karena sebenarnya rasa sayangku ke papa sangatlah besar. Lebih tepatnya mungkin aku kagum sama papaku. Beliau orang yang tegas, disiplin, pekerja keras, dan sangat cerdas. Sering aku ingin seperti papa, dulu aku ingin menjadi insinyur elektro, karena papa. Aku ingin bekerja di tempat papa bekerja. Hanya kegalakannya lah yang aku takutkan. 

Semakin beranjak dewasa, aku mulai mengerti mengapa papa mendidik kami seperti itu. Papa sering kali berpesan kepadaku, "jadilah raja dikandang harimau, jangan raja dikandang kambing". Motivasi yang beliau berikan, sering membuatku lebih bersemangat dalam menjalani hidup. 

Kini, papa sudah tidak segalak dulu lagi. Tentu saja papa akan marah apabila kami melakukan kesalahan, tapi sudah lebih baik cara penyampaian dan penyelesaiannya.

Pagi tadi, saat aku memasak untuk makan siang, papa pun mencuci mobil. Biasanya, kalau aku tidak cuci mobil, papa suka marah, karena aku mau memakai tapi tidak mau merawat, tapi hari ini tidak. Aku senang punya papa yang bertanggung jawab dan selalu punya inisiatif untuk membantu anak-anak nya. Papa memang terbiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti mencuci piring, mencuci baju, menyetrika baju, sehingga ketika tidak ada mama pun, papa bisa melakukannya sendiri.

Semakin tua aku semakin sadar, meskipun aku tumbuh dalam keluarga yang cenderung mengurus kehidupannya masing-masing, ternyata itu lah yang membuat aku bisa bertahan melewati semua yang terjadi dalam hidup ini. Memang benar, kuncinya adalah bersyukur dan ikhlas, semua yang diberikan oleh Tuhan mu, pasti ada manfaatnya. 

:)

Comments

Popular posts from this blog

Kamar Baru Ku

Hore! akhirnya kamar saya kembali tersusun sebagai mana mestinya. Ada sedikit perubahan (lagi) di kamar ini. Perubahan letak kasur, meja belajar, meja tv. Haha. Hmmm, jadi kira-kira ini kali ketiga saya merubah letak-letak semua barang. Semoga kerapian kamar ini berlangsung lama. Yeah!

Lucciano Pizzichini

Seorang teman saya memasukkan sebuah link yang berisi vidio seorang anak kecil yang jago bermain gitar di umur 8 tahun. Kemudian saat menunggu vidio tersebut bisa diputar tanpa terhambat sedikitpun, saya pun melihat-lihat vidio lainnya. Kemudian saya pun meng-klik sebuah vidio dengan anak sangat lucu didalamnya . Namanya Lucciano Pizzichini , saat itu dia berumur tujuh tahun dan kalian lihat saja lah vidionya. Ahh, sangat menggemaskan sekali anak ini. Yang membuat saya tertarik adalah anak ini bisa sangat ceria di bawah panggung, dan bisa sangat tenang di atas panggung. Saya yakin dia akan menjadi musisi besar suatu hari nanti, dan saya ingin bertemu dengan dia. haha. Dan lihat! Nuansa anak-anaknya sangat tergambar pada dua gitarnya yang ditempeli sticker spongebob!

......

Mendadak tidak mau mempercayai orang lain. Bagaimana bisa percaya? Bahkan mereka tidak menghargai apa yang telah saya buat? Hanya bisa mencaci maki saja..