Skip to main content

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu


Di tengah kebingungan akan aktivitas apa yang asik untuk dilakukan saat listrik mati, akhirnya saya memutuskan untuk membaca novel yang beberapa waktu lalu saya beli di toko seorang teman. Novel itu berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu karya Puthut EA.

Awalnya saya sangat tertarik saat melihat cover dan juga judul dari novel tersebut. Namun sayangnya, isi novel tidak begitu berhasil menarik perhatian saya.Sampai saat ini, saya baru selesai membaca 28 halaman dari novel tersebut. Yang berisikan cerita (sepertinya kisah nyata) sang penulis mengenai pengalaman kehidupan cintanya. Tak begitu menarik untuk saya, karena kisah disana terlalu serius dan mungkin belum saatnya saya menghadapi kisah yang begitu serius. Hehe. Maksud saya, dia mengisahkan mengenai hubungan orang-orang dewasa yang berumur diatas 25 tahun yang sudah seharusnya memikirkan tentang pernikahan. Sehingga, untuk saya, cerita itu kurang menarik apalagi berhubung saya masih muda banget kali yaaa. Hehe. Saya becanda. 

Tapi kemudian ketidak-sabaran dan rasa ingin tahu saya yang besar akan apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis, membuat saya meloncat halaman novel menuju halaman Epilog. Dan lembaran-lembaran ini cukup membuat mulut saya membentuk huruf "O". Ada sebuah percakapan yang sangat miris sekali yang terjadi antara sang penulis dan gadis yang pernah dipujanya. 

Wanita : "Kamu dulu suka padaku. Tapi mengapa kamu tidak pernah mampir lagi kesana atau tidak pernah berkenalan denganku?"
Pria : "Karena kamu sudah punya suami!"
Wanita : "Aku menikah baru tiga bulan yang lalu dengan pacar yang aku pacari selama dua bulan. Sehingga aku baru menikah lima bulan yang lalu. Dan kamu berada di kedai kopiku sekitar tujuh atau delapan bulan yang lalu"
Wanita : "Aku memang meminta temanku mengatakan bahwa aku sudah menikah dan punya anak karena aku terganggu dengan orang-orang yang sering menanyakan ku. Tapi aku tidak bermaksud jawabanku itu tertuju padamu"
Pria : "Maksudmu?"
Wanita : "Karena aku juga berharap kenal dengan kamu"
Pria : "Ini seandainya, aku mendatangimu dan mengenalkan diri padamu, apakah kamu akan berbohong padaku tentang nama dan identitasmu yang lain?"
Wanita menggeleng
Pria : "Seandainya kemudian suatu saat aku bilang padamu maukah kamu menjadi kekasihku, apa jawabanmu?"
Wanita : "Tergantung pada proses interaksinya"
Pria : "Coba lupakan itu, karena kita tidak bisa mengulang proses itu. Apa kamu akan menerimaku sebagai kekasihmu?"
Wanita : "Ya. Aku akan menerimamu"

Percakapan ini mungkin akan semakin menyadarkan agar kita tidak membuang segala kesempatan yang ada didepan mata, dan jangan sekali-kali memutuskan sesuatu hanya berdasarkan asumsi semata. Maksudnya adalah apabila kita belum yakin benar akan apa yang sebenarnya terjadi, ya kenapa tidak kita coba untuk mengetahuinya sendiri? Mengapa harus meminta bantuan orang lain untuk mencari tahukan sesuatu tersebut untuk kita. Segala keputusan memiliki resikonya sendiri-sendiri. Bagi saya sekarang, mungkin lebih baik kita merasakan sakit tapi kita telah menjalani prosesnya daripada kita tidak merasakan apa-apa namun kita tidak pernah menjalani prosesnya sama sekali. Yang bahkan bisa membuat kita menyesalinya di masa yang akan datang. Toh kalaupun kegagalan yang menimpa kita, kita tetap bisa mendapatkan pelajaran dari proses tersebut. Ini berlaku untuk segala hal, tidak hanya mengenai cinta dan cinta. Ini juga mengenai kehidupan yang lain. 

Karena, penulis buku ini pun menyebutnya, mungkin memang ada, sesuatu yang datang, terjadi, hanya untuk sia-sia.  Mungkin maksudnya adalah yang sia-sia adalah hasilnya. Kita tidak mendapatkan apa-apa secara nyata, namun pasti ada maksud tersirat diantara segala hal yang kita anggap sia-sia itu.

Comments

Popular posts from this blog

Kamar Baru Ku

Hore! akhirnya kamar saya kembali tersusun sebagai mana mestinya. Ada sedikit perubahan (lagi) di kamar ini. Perubahan letak kasur, meja belajar, meja tv. Haha. Hmmm, jadi kira-kira ini kali ketiga saya merubah letak-letak semua barang. Semoga kerapian kamar ini berlangsung lama. Yeah!

Lucciano Pizzichini

Seorang teman saya memasukkan sebuah link yang berisi vidio seorang anak kecil yang jago bermain gitar di umur 8 tahun. Kemudian saat menunggu vidio tersebut bisa diputar tanpa terhambat sedikitpun, saya pun melihat-lihat vidio lainnya. Kemudian saya pun meng-klik sebuah vidio dengan anak sangat lucu didalamnya . Namanya Lucciano Pizzichini , saat itu dia berumur tujuh tahun dan kalian lihat saja lah vidionya. Ahh, sangat menggemaskan sekali anak ini. Yang membuat saya tertarik adalah anak ini bisa sangat ceria di bawah panggung, dan bisa sangat tenang di atas panggung. Saya yakin dia akan menjadi musisi besar suatu hari nanti, dan saya ingin bertemu dengan dia. haha. Dan lihat! Nuansa anak-anaknya sangat tergambar pada dua gitarnya yang ditempeli sticker spongebob!

......

Mendadak tidak mau mempercayai orang lain. Bagaimana bisa percaya? Bahkan mereka tidak menghargai apa yang telah saya buat? Hanya bisa mencaci maki saja..