Dia menangis.
Aku yakin dia menangis.
Walaupun air matanya tidak keluar.
Pasti di dalam hatinya, ia menangis.
Aku yakin dia menangis.
Walaupun air matanya tidak keluar.
Pasti di dalam hatinya, ia menangis.
Ia pun melangkahkan kakinya dengan gontai keluar dari kamar sang ibu.
Perasaannya pun kemudian tak menentu.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa yang dapat membuat ibu tidak sedih lagi?"
Situasi ini memang sangatlah rumit. Baik Ayu maupun ibunya tidak pernah merasakan sesuatu sesulit ini. Masalah yang terus menerus datang dan tak pernah ada akhirnya. Terkadang anak itu kesal sendiri, namun terkadang ia pun dapat menyabar-nyabarkan dirinya, dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluh dan menerima keadaan ini dengan hati yang lebar. Namun tetap saja hatinya miris ketika melihat sang ibu yang biasanya jarang bersedih, bahkan dia pun sangat jarang melihat ibunya menangis.
Air mata itu pun menetes.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata itu untuk menetes lagi.
Sebisa mungkin ia hilangkan pikiran tentang apa yang ia lihat di kamar tersebut.
Namun tetap saja, rasa kekecewaan itu muncul.
Bukan karena mereka tidak juga bisa keluar dari masalah ini.
Kecewa karena ia tidak bisa menjadi penyemangat, tidak dapat menenangkan dan memberikan senyuman di wajah wanita tua itu.
Ia tidak bisa, karena ia kaku.
Oh, entah apa yang ia pikirkan.
Comments