Aku terbiasa dengan panggilan si perangkai mimpi. Merangkaikan mimpi satu ke yang lainnya tanpa sering dengan nyata menyentuhnya.
Sampai kemudian datanglah sebuah mimpi yang sudah kurangkai sejak bertahun-tahun lamanya. Senang, ragu, dan khawatir lah yang mendominasi keadaan hati. Senang karena akhirnya aku dapat menyentuhnya, ragu ketika kembali berpikir dan mempertanyakan persoalan nyata atau tidak, dan khawatir saat berhasil menyentuhnya, dapatkah aku menjaganya?
Mimpi itu selalu tersenyum lembut, seolah terus membuatku sadar akan apa yang memang sedang terjadi. Entah sampai kapan dia akan tersenyum selembut itu. Mungkin saatnya aku merangkai mimpi berdasarkan mimpi yang telah kudapat, merangkai dan berusaha menyentuh kemudian mendekapnya dengan sangat erat.
Comments