Skip to main content

Mari bicara berdasarkan fakta bukan emosi.

Profesor sama mahasiswa tu sama. sama2 manusia, sama2 bisa salah, sama2 bisa hebat. ga ada yg bisa dibanggakan hanya dari sebuah title..


Itu yang kemudian saya pikirkan saat pertama kali saya membaca berita duka tersebut. Pikiran itu murni terlahir tanpa adanya faktor-faktor pendorong pemikiran lainnya dari orang-orang sekitar yang memang baru heboh menyebarkan berita tersebut. Belum terlihat mereka yang heboh untuk saling bergunjing.

Profesor. Merupakan sebuah title yang menurut saya sangatlah bergengsi. Dalam artian, seorang profesor adalah seseorang yang hebat, sangat cerdas, dan hidupnya pasti penuh dengan pertimbangan. Karena dia adalah panutan bagi semua orang di sekitarnya, termasuk mahasiswanya sendiri. Namun, ya kalian semua benar, dia adalah manusia, profesor adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan. Secara sengaja atau tidak, dia pasti pernah melakukan kesalahan. Dan bahkan kita pun yang nantinya mungkin akan menjadi seorang profesor, bisa melakukan kesalahan. Tapi, kalau kita memaklumi kesalahan beliau, lantas kita menutup mata dengan apa yang seharusnya kita lakukan, kalau begitu benar kan kalimat terakhir yang saya pikirkan di atas itu? Apalah arti sebuah title?? Title Profesor seolah tidak ada harganya. Padahal mereka mendapatkannya dengan jalan yang tidak mudah, pasti banyak juga sandungan-sandungan yang telah mereka dapatkan. Dan ya, teman-teman saya pun memiliki pandangan yang sama seperti saya. Kemudian, saat saya memasukkan pemikiran saya tersebut dalam sebuah situs jejaring sosial, mereka menanggapinya seperti ini.

dhea : but uncle ben said, "Remember, with great power comes great responsibility"


kimil : title professor itu hrs dihargai, krn susah dan perlu usaha keras utk mendapatkan itu. dan gak smua org mampu dpt in itu na.


Ya, title profesor memang harus kita hargai, kita hormati, karena mereka memang lebih hebat dari kita. Karena mereka lebih mengerti dan fasih tentang dunia per-akademisi-an dibandingkan kita. Sehingga jangan samakan Profesor dengan Mahasiswa! Jelas-jelas sangat berbeda, walaupun tetap sama kita adalah manusia yang sama-sama diciptakan Tuhan dengan segala kekurangannya dan kita sama-sama makan nasi. Ya bagian itu sama, tapi tanggung jawab moral kita sungguh lah berbeda.

Lalu, kenapa kalian semua terus menerus bergunjing? Tidak sadarkah kalian, mereka yang kalian gunjing adalah teman kalian sendiri? Walau kalian tidak begitu memiliki ikatan emosional dengan mereka, tapi suatu saat mereka lah yang akan bekerja sama dengan kalian. Saya lelah dengan semua status di situs jejaring sosial yang mengumpat-ngumpat mereka yang dianggap munafik, mereka yang dianggap idealis, sok suci, dan kejelekan-kejelekan lainnya.

Perlu saya tegaskan disini, saya tidak berada di pihak manapun. Saya tidak berada di pihak kiri ataupun kanan. Karena saya sangat menyadari, saya hanyalah seonggok daging yang tidak punya kontribusi apa-apa di fakultas itu. Saya memang berkuliah disana, tapi saya tidak hidup disana. Saya sebenarnya tidak peduli dengan apa yang kalian lakukan, pergunjingkan, dan segala yang terjadi disana. Tapi ini sudah melewati batas kecuekan saya. Karena, HEYYYY KALIAN SEMUA TEMAN, KITA SEMUA TEMAN, KITA DATANG KE FAKULTAS ITU BERSAMA-SAMA, KITA OSPEK BARENG, KITA KULIAH BERSAMA, KITA TERTAWA DAN MENANGIS BERSAMA, LALU KENAPA SAMPAI SAAT INI SETIAP ADA MASALAH YANG TIDAK SEPAHAM, KALIAN SEMUA MASIH TETAP BERGUNJING DAN SALING MENYALAHKAN??????????

Coba kita sama-sama buka mata dan hati kita. Berpikir secara jernih, tanpa emosi, berpikir secara objektif. Saya mengerti (walaupun kalian pasti menganggap saya tidak) dengan perasaan kalian yang dibimbing oleh beliau. Kalian pasti sekarang sedih dan bingung, bagaimana nasib skripsi kalian? Disaat yang kalian butuhkan adalah dukungan, dorongan, dan bantuan dari pembimbing, tapi yang kalian dapatkan adalah masalah-masalah lain yang tidak kalian kira sebelumnya. Ya, kalian adalah korban dalam kasus ini. Tapi yang perlu diingat, kalian bukan korban dari mereka yang dianggap sok suci dan dianggap sedang tersenyum saat mendengar kabar kepergian profesor kita tersebut. Ada atau tidaknya mereka, dengan mereka menyebarkan berita itu atau tidak, dengan mereka mengeluarkan pendapat kritisnya yang mungkin kalian anggap protes-protes ga penting atau tidak, hal ini tetap akan terjadi. Karena memang kesalahan yang dilakukan itu sangat fatal, dan sangat merugikan institusi kita. Kalau memang kalian bisa memaklumi kesalahan fatal beliau, apakah kalian memaklumi teman-teman kita yang tidak boleh sidang karena dijerat dengan kasus yang sama? Hanya karena kesalahan menaruh footnote, dan hal lain yang saya tidak mengerti. Mereka saja yang masih mahasiswa langsung dihukum tidak boleh sidang, dan harus menggigit jari karena ada yang tidak berhasil lulus sesuai dengan target yang dia harapkan. Pertanyaan saya, apakah kalian akan berteriak-teriak seperti ini untuk teman kalian?????? Dia juga manusia loh, tapi sebegitukah kalian membela mereka?

Saya tidak punya maksut apa-apa dalam menuliskan hal ini. Sebenarnya saya adalah tipikal orang yang mencari aman, yang tidak suka ribut-ribut dan ikut campur dalam masalah yang tidak merugikan saya, yang tidak melibatkan saya sama sekali. Tapi kali ini, sudahlah, saya lelah dengan pergunjingan itu semua. Silakan kalian benci saya, gunjing saya, bilang saya sok suci, bilang saya sok tahu, bilang saya seonggok daging yang tidak penting yang tidak punya kontribusi apa-apa di fakultas itu.

Tapi satu hal yang sangat perlu kalian ingat, mari bicara berdasarkan fakta, bukan emosi.

:)

Untuk semua teman-teman saya tersayang : Semangat ya kalian.. :) maaf apabila ada kata-kata yang kurang mengenakkan..

----------

We Never Change - Coldplay

I wanna live life and never be cruel.
I wanna live life and be good to you.

And I wanna fly and never come down.
And live my life and have friends around.

We never change, do we? no, no
We never learn, do we?

So I wanna live in a wooden house.

I wanna live life and always be true.
I wanna live life and be good to you.

And I wanna fly and never come down.
And live my life and have friends around.

We never change, do we? No, no
We never learn, do we?

So I wanna live in a wooden house,
where making more friends would be easy.

Oh, and I don´t have a soul to save.
Yes, and I sin every single day.

We never change, do we?
We never learn, do we?

So I wanna live in a wooden house,
Where making more friends would be easy.
I wanna live where the sun comes out ...

Comments

Popular posts from this blog

Kamar Baru Ku

Hore! akhirnya kamar saya kembali tersusun sebagai mana mestinya. Ada sedikit perubahan (lagi) di kamar ini. Perubahan letak kasur, meja belajar, meja tv. Haha. Hmmm, jadi kira-kira ini kali ketiga saya merubah letak-letak semua barang. Semoga kerapian kamar ini berlangsung lama. Yeah!

Lucciano Pizzichini

Seorang teman saya memasukkan sebuah link yang berisi vidio seorang anak kecil yang jago bermain gitar di umur 8 tahun. Kemudian saat menunggu vidio tersebut bisa diputar tanpa terhambat sedikitpun, saya pun melihat-lihat vidio lainnya. Kemudian saya pun meng-klik sebuah vidio dengan anak sangat lucu didalamnya . Namanya Lucciano Pizzichini , saat itu dia berumur tujuh tahun dan kalian lihat saja lah vidionya. Ahh, sangat menggemaskan sekali anak ini. Yang membuat saya tertarik adalah anak ini bisa sangat ceria di bawah panggung, dan bisa sangat tenang di atas panggung. Saya yakin dia akan menjadi musisi besar suatu hari nanti, dan saya ingin bertemu dengan dia. haha. Dan lihat! Nuansa anak-anaknya sangat tergambar pada dua gitarnya yang ditempeli sticker spongebob!

......

Mendadak tidak mau mempercayai orang lain. Bagaimana bisa percaya? Bahkan mereka tidak menghargai apa yang telah saya buat? Hanya bisa mencaci maki saja..