Skip to main content
Mungkin sekitar 10 tahunan yang lalu, saya tidak begitu mendengarkan kata-katanya.
Tapi saat itu, saya pun mulai memperhatikannya..


Beliau berkata kepada salah satu anggota keluarga saya,

"Yang biayain kuliah lu siapa? Bapak Ibu lu kan? Bukan pemerintah negara ini kan?"

Saya pun sedikit tersentak.
Ntah mengapa saya kaget.
Tapi saya pun tidak bisa membantah perkataan beliau.
Karena beliau benar.


Siang itu tidak begitu panas.
Saya sekeluarga pun berkunjung ke rumah salah satu keluarga kami di Jakarta.
Saat itu, kakak laki-laki saya diajak berbincang-bincang dengan Om saya itu.
Mereka berbincang mengenai pekerjaan. Kakak saya yang kebetulan lulusan D3 pun tampaknya sedikit merosot semangatnya untuk mendapatkan pekerjaan.
Beliau berkata kepada kakak saya, zaman sekarang cari kerja itu susah.
Lulusan S1 aja sulit, apalagi D3?
Lebih baik lanjutkan kuliah dulu. Sampai minimal dapat gelar S1.
Malah kalau bisa cari beasiswa ke luar negeri.
dan bla bla bla.

Saya pun asik mendengarkan perbincangan tersebut.
Ya, daripada saya terus mendengarkan orang tua saya membicarakan hal-hal yang saya tidak mengerti, lebih baik saya fokus mendengarkan perbincangan hangat ini.
Sampai akhirnya muncullah perkataan ini :

"Kalo nanti lu udah kuliah di luar, jangan balik lagi.. Buat apa jauh2 kuliah diluar negeri kalo disini cuma dibayar 4.5 juta? Total biaya kuliahnya aja lebih mahal dari itu"

Saya pun semakin memfokuskan pikiran saya pada kata-kata selanjutnya yang beliau keluarkan.
Saya sedikit tidak setuju dalam hal ini.
Dosen saya waktu itu pernah bercerita, mengapa Indonesia seperti ini..
Salah satunya karena mental masyarakatnya.
Ya, kebanyakan orang Indonesia yang belajar di Luar negeri tidak mau pulang lagi ke Indonesia. Mereka lebih memilih untuk menetap dan bekerja disana.
Dan mereka adalah orang-orang yang sebenarnya (mungkin) bisa membantu perkembangan negara ini.
Namun, mereka lebih memilih bekerja untuk negara lain daripada untuk negaranya sendiri.
Saat itu yang saya tangkap, dosen saya tersebut cukup menyayangkan keputusan-keputusan orang yang lebih memilih negara lain tersebut.

Dan, saya pun setuju.
Ya, saya juga berpendapat, Kalo bukan kita, lalu siapa lagi?
Kalo semua orang yang bisa diandalkan itu kabur ke negara orang lain, apakah kalian pun akan ikut kabur?

Seolah-olah mendengarkan pikiran saya, beliaupun melanjutkan..
"Yang biayain kuliah lu siapa? Bapak Ibu lu kan? Bukan pemerintah negara ini kan?"
Yang saya tangkap dari perkataan beliau adalah, sudahlah tidak usah memusingkan bagaimana Indonesia nantinya. Pikirin aja kehidupan kamu, Pendidikan kamu, Keluarga kamu. Buat apa kamu memikirkan negara yang tidak memikirkan kamu?

Mungkin intinya begitu.
Dan ya, beliau benar.
Kita, saya, kamu, kalian punya hak untuk memutuskan hal itu.
Memutuskan akankah kalian tinggal atau pergi meninggalkan negara ini.
Akankah kalian membantu atau acuh tak acuh terhadap negara ini.

Semua ada ditangan kita.
Tinggal kita putuskan, mana yang terbaik bagi kita.
Begitu juga bagi kakak saya tersebut.

Comments

Gita P Djausal said…
HORE!

bener na!

kita itu harusnya mengingat kata-kata terakhir dari nagabonar yang film pertama.

Itu juga yang membuat gue selalu ingin pulang ke lampung. kalau kita menghitung segala hal berupa materi, kita tidak akan pernah puas.

cuma di Indonesia kita bisa merasakan perbedaan yang luar biasa dan berdampingan. indonesia itu lucu, seru, sambil mengesalkan juga. hahahahaha. enjoy life!
Ariana Hayyulia said…
ah, bete!
barusan aku udah bales komen ini..
eh taunya eror doong..
jadi harus nulis lagi..


iya git,
ga tau sih yaa..
seburuk-buruknya indonesia, seaneh-anehnya pemimpin kita, aku tetep seneng ko ada disini..
walaupun katanya mental orang indonesia cemen banget dan sebagainya..
yaaa, aku juga pengennya sih kalo ada kesempatan kuliah di luar juga, pengennya nanti balik lagi ke indonesia..
haha..
mungkin kalo di polbisin, aku (mungkin gita juga) bukan orang yang bisa jadi kaum entrepreneur.. hahahahhaa.. soalnya cepet puas sihh.. ya ga sih?
aku sih iyaa..
ahhaa..

yaaaaa, sekarang sih gitu..
tapi ga tau juga dengg kalo nanti2..
kalo emang akhirnya dapet kesempatan keluar, trus akhirnya lebih betah tinggal di luar..
huehauahahhahahhaa...

Popular posts from this blog

Potret on Vacation

Good Friends, Gr ea t H oliday! Pada hari Sabtu, 02 Agustus 2008, POTRET mengadakan hunting sekaligus liburan ke Pameungpeuk-Garut. Jangan bayangkan anak POTRET disini dengan jumlah yang sangat banyak yaa. Hanya "Perwakilan" dari POTRET saja yang ikut disini, yaitu Mbahrul, Aphiet, Andi, Rizki, Gita, dan Nana. Wah, aku cewe sendiri disini. Sebenernya sih hunting ke Pameungpeuk ini bisa dibilang rencana dadakan sih. Awalnya aku ngerencanain hunting ke Malabar. Tapi, karena 1 dan lain hal, akhirnya diputuskanlah untuk hunting ke Pameungpeuk. Kami semua janjian kumpul di McD Simpang Dago jam 05.00 WIB . Waktu aku nyampe jam 05.15 WIB, disana udah ada Mbahrul, Gita, dan Aphiet. Rizki akhirnya dateng jam 05.30 WIB. Dan, karena semua udah kumpul, akhirnya kami pun berangkat menuju Garut. Sekitar jam 8 kurang-an kami sampai di Kabupaten Garut. Pemberhentian pertama kami adalah tempat wisata Candi Cangkuang. Kami berada disana sampai jam 09.00 WIB. Tempatnya lumayan sih, ga jelek-...

Pengakuan Yang Tidak Jelas

Beberapa waktu belakangan ini, saya dihadapkan dengan pikiran teman-teman terdekat, yang menurut saya cukup dalam, serius, dan berat. Pemikiran-pemikiran itu muncul disaat kami mengadakan suatu diskusi mengenai hidup. Kemudian, saya pun berpikir. Bertanya dalam hati. Mengapa ya saya tidak pernah kepikiran tentang semua yang mereka pikirkan? Ya, tidak sedikit pun! Kebanyakan dari mereka memikirkan sesuatu yang kontradiksi. Dan banyak juga yang memikirkan tentang betapa menyedihkannya diri dia maupun orang-orang didunia ini, sebenarnya. Mereka berpikir mengenai hal-hal suram yang ada di dunia ini. Sampai kemudian, seorang teman berkata. "Kamu itu orangnya positif, kamu senang melihat kebahagiaan orang-orang disekitar kamu" Oh, ya barangkali. Saya memang lebih senang dengan segala sesuatu yang lebih berwarna dibandingkan hanya hitam-putih. Sehingga mungkin memang saya lebih memilih untuk melihat kebahagiaan orang lain dibandingkan kesedihan mereka. Namun sayangnya, kalimat itu b...

Jangan Lari!

Masalah Semua orang pasti punya masalahnya masing-masing Tinggal bagaimana cara mereka menghadapi masalah itu Akankah mereka lari? Atau mereka bertahan, dan mencoba untuk memperbaikinya Seiring berjalannya waktu, semakin dewasa kita, maka semakin banyak pula masalah-masalah yang berdatangan. Masalah yang seharusnya kita hadapi agar kita bisa belajar menjadi seseorang yang lebih kuat lagi namun sering kali secara sadar maupun tidak, kita malah menghindarinya. Pernah ga kalian merasa seperti ini? Disaat kalian disakiti atau dikecewakan oleh orang lain, kemudian kalian merasa muak atau lelah, dan ingin pergi jauh dari orang tersebut, kemudian mencari orang baru yang menurut kalian akan lebih baik dari orang yang mengecewakan tersebut. Coba cermati kemudian renungkan kalimat ini : New people are only new for a day. After that they're just people. Who will excite you, disappoint you, scare you a little bit. And when that happens, It's good for avoiding things. But, the problem is yo...