Manusia hidup dibekali pisau pada masing-masing lidahnya.
Pisau pada masing-masing hatinya.
Pada masing-masing pikirannya.
Tajam, sang lidah akan merobek hati mereka
Perih, sang hati akan merobek pikirannya
Terluka, sang pikiran akan membuat si lidah marah
Bukan menyerah, namun menyerang
Yang akan mereka lakukan
Menutup semua luka yang diciptakan
Oleh satu sama lain
Ada maaf namun tak ada yang di maafkan
Semua akan kembali melukai
Seperti rantai makanan yang berputar-putar
Tiada henti mereka saling menyakiti
Terkadang pikiran tersadar
Kemudian mencoba untuk berhenti melukai
Namun ternyata luka yang dia terima lebih perih
Dibanding dengan luka yang dia berikan
Tidak hanya dia yang merasa begitu
Semua merasa begitu
Sampai akhirnya tak ada yang mengalah
Jiwa yang kalah
Jiwa yang mati
Tinggal menunggu waktu
Untuk dikubur dalam-dalam
Sehingga tak ada yang melukai lagi
Pisau pada masing-masing hatinya.
Pada masing-masing pikirannya.
Tajam, sang lidah akan merobek hati mereka
Perih, sang hati akan merobek pikirannya
Terluka, sang pikiran akan membuat si lidah marah
Bukan menyerah, namun menyerang
Yang akan mereka lakukan
Menutup semua luka yang diciptakan
Oleh satu sama lain
Ada maaf namun tak ada yang di maafkan
Semua akan kembali melukai
Seperti rantai makanan yang berputar-putar
Tiada henti mereka saling menyakiti
Terkadang pikiran tersadar
Kemudian mencoba untuk berhenti melukai
Namun ternyata luka yang dia terima lebih perih
Dibanding dengan luka yang dia berikan
Tidak hanya dia yang merasa begitu
Semua merasa begitu
Sampai akhirnya tak ada yang mengalah
Jiwa yang kalah
Jiwa yang mati
Tinggal menunggu waktu
Untuk dikubur dalam-dalam
Sehingga tak ada yang melukai lagi
Comments