Ceritanya, pada Jum'at sore saya diajak Nasrul Akbar untuk merencanakan sesuatu. Akhirnya saya pun mengusulkan untuk berwisata buku ke Rumah Buku. Menyenangkan dan seru, itu bayangan saya mengenai kegiatan kami kali ini. Dimana tidak perlu hujan-hujanan, menghabiskan duit, atau menambahkan lemak.
Sayangnya tidak semua cerita berjalan dengan sangat rapi, seperti cerita saya ini, pasti banyak bagian-bagian tidak jelas, aneh, tidak terduga, dan lain lainnya.
Bayangan keasikan itu mendadak sirna saat saya dijebak lagi sama si Rain (translate : Hujan). Ga tanggung-tanggung, hujan kali ini deras disertai angin kencang yang membuat celana saya basah, sepatu dan juga kaos kaki pun bastot, basah total. Cuaca yang seperti itu pun berhasil membuat saya mati gaya di salah satu studio band di sekeloa. Sungguh, ini bukan merupakan awal yang baik untuk menciptakan sebuah keseruan.
Satu jam lebih saya mati gaya diruangan itu, sampai akhirnya mas Nasrul tiba dengan selamat di Indomaret (tempat kami janji bertemu). Saya pun kembali menghadang badai. Sore di hari Sabtu ini tidak seperti sore-sore lainnya. Lalu lintas di Dipatiukur padat merayap, macet total. Dan itu sudah berlangsung sejak saya baru saja tiba disana. Sekitar jam setengah tiga. Keseruan pun mulai muncul saat motor mas Nasrul melaju menuju Rumah Buku. Keseruan pertama muncul ketika kami melihat ada mobil pengantin yang juga terjebak macet. Saat kami melewati mobilnya, kedua pasangan baru nikah tersebut tertidur pulas di mobil tersebut. Kemudian, bukan mas Nasrul namanya kalau tidak memberikan komentar-komentar aneh yang tidak penting namun cukup menghibur.
Keseruan kedua ketika saya melihat sebuah fenomena di kala macet dan hujan. Kala itu ada sebuah mobil mogok. Kemudian saya melihat ada dua orang pemuda memakai helm yang membantu mendorong mobil tersebut untuk menepi. Saya pun lantas bingung, itu orang-orang dari mana? Motornya dimana emang? Kebingungan saya pun segera terjawab ketika mobil disebelah kami maju, dan saya melihat sebuah motor tanpa pemiliknya di parkir di tengah jalanan macet tersebut. Oh, apakah kalian dapat membayangkannya? Saya harap kalian bisa membayangkannya. Karena menurut saya itu aneh sekali. Malah pemuda berjiwa kesatria tersebut awalnya lupa mencabut kunci motornya. Kemudian saat teringat, dia pun mencabut kuncinya tapi tetap meninggalkan motor ditengah jalanan (benar-benar tengah) yang macet. Dia berani mempertaruhkan kemungkinan terburuk, akan kehilangan motornya, dimarahin pengendara lainnya (karena semakin menimbulkan kemacetan), motornya jatuh ditabrak orang, untuk membantu mobil mogok tersebut. Wow, hebat sekali. Saya benar-benar terpana melihatnya. Sayang, dia tidak ganteng, jadi saya pun ga ngecengin dia. HAHA.
Begitulah cerita keseruan di jalanan macet yang diguyur hujan. Walaupun keseruan telah muncul, tetap saja rencana kami tidak berjalan dengan mulus. Sesampainya di Rumah Buku, ternyata mereka tutup. Wisata buku pun dialihkan ke Gubug Dongeng. Itu pun pada akhirnya suasanya jadi geje (ga jelas). Saya membaca novel saya yang sudah bertahun-tahun belum terselesaikan, Kevin karya Torey Hayden. Dan mas Nasrul membaca-baca majalah, sambil terkantuk-kantuk.
Inti dari cerita ini adalah, saya hanya ingin bilang, the only Rain I love is Rain who played at Ninja Assasin. Karena hujan yang lain menyebalkan, hujan membuat rencana saya berantakan.
God, please send me the sun not the rain.
Sayangnya tidak semua cerita berjalan dengan sangat rapi, seperti cerita saya ini, pasti banyak bagian-bagian tidak jelas, aneh, tidak terduga, dan lain lainnya.
Bayangan keasikan itu mendadak sirna saat saya dijebak lagi sama si Rain (translate : Hujan). Ga tanggung-tanggung, hujan kali ini deras disertai angin kencang yang membuat celana saya basah, sepatu dan juga kaos kaki pun bastot, basah total. Cuaca yang seperti itu pun berhasil membuat saya mati gaya di salah satu studio band di sekeloa. Sungguh, ini bukan merupakan awal yang baik untuk menciptakan sebuah keseruan.
Satu jam lebih saya mati gaya diruangan itu, sampai akhirnya mas Nasrul tiba dengan selamat di Indomaret (tempat kami janji bertemu). Saya pun kembali menghadang badai. Sore di hari Sabtu ini tidak seperti sore-sore lainnya. Lalu lintas di Dipatiukur padat merayap, macet total. Dan itu sudah berlangsung sejak saya baru saja tiba disana. Sekitar jam setengah tiga. Keseruan pun mulai muncul saat motor mas Nasrul melaju menuju Rumah Buku. Keseruan pertama muncul ketika kami melihat ada mobil pengantin yang juga terjebak macet. Saat kami melewati mobilnya, kedua pasangan baru nikah tersebut tertidur pulas di mobil tersebut. Kemudian, bukan mas Nasrul namanya kalau tidak memberikan komentar-komentar aneh yang tidak penting namun cukup menghibur.
"Kasian ya mereka, baru nikah udah kejebak macet. Kayanya abis ini mereka cerai deh. Soalnya kecapean jadi pas malem pertamanya bla bla bla"
Keseruan kedua ketika saya melihat sebuah fenomena di kala macet dan hujan. Kala itu ada sebuah mobil mogok. Kemudian saya melihat ada dua orang pemuda memakai helm yang membantu mendorong mobil tersebut untuk menepi. Saya pun lantas bingung, itu orang-orang dari mana? Motornya dimana emang? Kebingungan saya pun segera terjawab ketika mobil disebelah kami maju, dan saya melihat sebuah motor tanpa pemiliknya di parkir di tengah jalanan macet tersebut. Oh, apakah kalian dapat membayangkannya? Saya harap kalian bisa membayangkannya. Karena menurut saya itu aneh sekali. Malah pemuda berjiwa kesatria tersebut awalnya lupa mencabut kunci motornya. Kemudian saat teringat, dia pun mencabut kuncinya tapi tetap meninggalkan motor ditengah jalanan (benar-benar tengah) yang macet. Dia berani mempertaruhkan kemungkinan terburuk, akan kehilangan motornya, dimarahin pengendara lainnya (karena semakin menimbulkan kemacetan), motornya jatuh ditabrak orang, untuk membantu mobil mogok tersebut. Wow, hebat sekali. Saya benar-benar terpana melihatnya. Sayang, dia tidak ganteng, jadi saya pun ga ngecengin dia. HAHA.
Begitulah cerita keseruan di jalanan macet yang diguyur hujan. Walaupun keseruan telah muncul, tetap saja rencana kami tidak berjalan dengan mulus. Sesampainya di Rumah Buku, ternyata mereka tutup. Wisata buku pun dialihkan ke Gubug Dongeng. Itu pun pada akhirnya suasanya jadi geje (ga jelas). Saya membaca novel saya yang sudah bertahun-tahun belum terselesaikan, Kevin karya Torey Hayden. Dan mas Nasrul membaca-baca majalah, sambil terkantuk-kantuk.
Inti dari cerita ini adalah, saya hanya ingin bilang, the only Rain I love is Rain who played at Ninja Assasin. Karena hujan yang lain menyebalkan, hujan membuat rencana saya berantakan.
God, please send me the sun not the rain.
Comments