Skip to main content

Masalah (tidak) Serius

Beberapa hari lalu, seorang teman mengajak saya untuk berbicara serius.
Face to face.
Dia menyampaikan beberapa komplen yang disampaikan kepadanya tentang saya.
Ya, ada beberapa manusia yang katanya mengkritik sikap saya.
Hahaha.
Jujur aja, waktu ngedenger komplen tersebut, saya hanya bisa tertawa miris didalam hati saya.
Karena apa? Karena menurut saya, menurut pandangan saya, I DID NOTHING.
Ya, dan orang-orang pun kembali mengkritik, itu kan dari pandangan saya saja, tapi orang-orang disana melihat dan merasakan kalo saya berubah.
Berubah seperti apa? Saya berubah menjadi lebih cuek.
Saya berubah menjadi tidak terlalu ramah.
Dan sebagainya dan sebagainya.
Hahahhahahaa...
Saya benar-benar takjub saat mendengar cerita ini.
Kemudian saya berkesimpulan untuk tidak memikirkannya, karena saya anggap masalah ini adalah masalah yang memang sangat sepele.
Saat saya mengemukakan kesimpulan saya tersebut, ternyata teman saya itu tidak setuju.
Dia bilang, buat saya ini masalah sepele, tp bagi orang yang menyampaikan komplen dari manusia-manusia yang entah siapa itu kepada teman saya ini, masalah ini tidak sesepele itu. Masalah ini bisa membuat perpecahan diantara komunitas kami.

Hahahaha.
Lagi-lagi saya terheran-heran.
Bahkan teman saya pun tampaknya benar-benar menganggap masalah ini masalah serius.
Kenapa saya menyimpulkan demikian?
Karena saat menyampaikan berita ini, dia memasang muka yang amat serius, sehingga saya berkspektasi masalah yang akan disampaikan memang masalah serius yang amat sangat berat.
Walaupun pada kenyataannya cukup bertolak belakang bagi saya.

Yayaya, akhirnya saya pun memutuskan untuk berbicara langsung dengan narasumbernya.
Saya ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.
Siapa manusia-manusia yang merasa terkena dampak akibat sikap saya yang konon katanya berubah ini.

Dan setelah melalui pembicaraan singkat, saya masih terus terheran-heran.
Saya tidak mengerti apa yang mereka maksutkan.
Perubahan saya yang seperti apa yang sebenarnya membuat mereka benar-benar terganggu.
Sampai sang narasumber pun berulang-ulang menjelaskannya.
Ya, saya hampir mengerti.
Namun tetap saja ada sesuatu yang mengganjal dalam kepala saya.
Saya hanya ingin tahu 1 hal saat itu.
Siapa sebenarnya manusia-manusia yang memberikan komplen itu?
Tapi sang narasumber pun menolak untuk memberitahukan identitas asli sang klien.
Dari pembicaraan singkat tersebut, saya tetap mengambil kesimpulan bahwa berita ini sangat tidak penting sebenarnya.
Dan sang narasumber pun memperkenankan saya untuk tidak memikirkan masalah ini. Dia bilang, dia hanya ingin saya sadar akan keadaan ini. Inilah masalah yang terjadi saat ini dalam komunitas saya.
OK, dan saya tidak memikirkan masalah ini.

Kemudian hari ini masalah ini pun kembali diangkat oleh sang narasumber.
Kali ini dia berdiskusi dengan salahsatu anggota komunitas saya.
Disana akhirnya saya pun mengeluarkan uneg-uneg saya.
Saya bilang mengapa saya yang disalahkan saat ada beberapa orang yang tidak nyaman berada dalam komunitas kami?
Lalu, saya merasa ada perubahan dalam diri si narasumber.
Dia bilang, itu bukan salah saya. Kemarin hanya salah persepsi. Saya dibilang salah tangkap.
Wah, sungguh aneh sekali.
Saya merasa saya tidak salah tangkap.
Kemudian saya terus ngotot, saya mengatakan kemaren saya emang dianggap penyebab masalah itu. Sikap saya adalah penyebabnya.
Dia pun berdalih, saat berdiskusi dengan saya, dia sedang merasa bad mood, sehingga seolah-olah dia seperti menyalahkan saya atas masalah itu.
Dan bla bla bla..

Pertanyaannya adalah :

Seberapa besar faktor Bad Mood mempengaruhi kejujuran anda?

Haha, ya, ini bukan pertanyaan buat sang narasumber ko. Ini pertanyaan iseng buat anda semua.

Dan untuk orang-orang yang merasa mempunyai kritikan mengenai saya, tolong, silakan berbicara langsung kepada saya. Jangan membuat saya bingung dengan hal-hal yang sebenarnya tidak saya lakukan.


OK?






Comments

dheaditya's said…
satu hal yang saya udah pernah bilang na..

kamu belum bisa menempatkan posisi kamu dalam diri orang lain.
mungkin kamu anggap itu sepele dan NOTHING. tapi menurut org belum tentu kan?

ayoo..
terkadang itu menjadi tolak ukur seseorang dalam menilai kamu,na..

toleransi.
ya, sepertinya, itu kata kuncinya.
dan menurut saya, toleransi dalam diri kamu masih terdapat hanya sekitar 40%, na..

sisanya kemana?
cuman kamu yg tau..

belajar menghargai apa yg orang rasakan na..
maka kamu akan lebih bisa mengerti kenapa semua kritikan itu dateng ke kamu..

keep smiling my dearest friend..
dhejih.
Ariana Hayyulia said…
hahaha.
toleransi?
oh, masih 40% ya?
saya rasa itu dulu, waktu saya masih sma.
saya rasa saya sudah mulai mencoba untuk bertoleransi sangat besar dengan orang lain. dengan seseorang juga tentunya.
yayaya, memang hanya saya yang merasakan.
Anonymous said…
sebelum ngomong masalah toleransi, tolong dijawab dulu yaa kawan kawan (pertanyaan ini perlu dijawab oleh setiap orang)... toleransi itu sendiri definisinya APA & batasannya seperti APA. karena SETIAP orang memiliki batasan toleransi YANG PASTI berbeda...
Anonymous said…
menurut si "kepala" masalah ini tidak perlu dipikirkan. dan menurut saya, si kepala "benar" karena dia yang memiliki hidupnya sendiri, adalah hak hidupnya, yg memutuskan, apakah masalah ini layak untuk dia pikirkan.

menurut si "buntut" masalah ini harus dipikirkan. dan menurut saya si buntut juga benar. dia dengan sangat baik hati menyumbangkan otaknya untuk memikirkan masalah orang lain.

bingung kan dengan 2 sisi mata uang?

dan saya akan jawab

buat apa bingung!

untuk yang merasa jadi kepala. ini bener2 hidup kamu. dan kamu punya hak memutuskan. this is your life, not her/his/their life. sisi positifnya adalah, si buntut sangat mencintai kamu, sampai dia rela mikirin kamu. what a WONDERFUL friend!

untuk yang merasa jadi buntut.
saya menilai kamu orang yang sangat peduli karena mau memikirkan masalah temen kamu. tapi satu hal, jangan sampai kamu bisa melihat masalah orang lain tapi kamu gak bisa melihat masalah di dalam diri kamu sendiri.


salam manis dan hangat pake es tanpa gula.
Ariana Hayyulia said…
wah, anonymous, siapakah anda?
cukup menusuk komentarnya..
tapi oke!

toleransi menurut saya..
hmm.. saya bukan orang yg bisa mengartikan sesuatu secara jelas..
tapi yg pasti, dimana saya mengalah, dimana saya mencoba untuk mengerti seseorang dan selalu berusaha untuk menjaga hubungan saya dengan orang lain..
disitu toleransi menurut saya..

ya, dan saya setuju, batas toleransi seseorang berbeda-beda..
tidak ada yg bisa menentukan seberapa besar kapasitas toleransi seseorang kepada orang lain..
itu menurut saya..

Popular posts from this blog

Kamar Baru Ku

Hore! akhirnya kamar saya kembali tersusun sebagai mana mestinya. Ada sedikit perubahan (lagi) di kamar ini. Perubahan letak kasur, meja belajar, meja tv. Haha. Hmmm, jadi kira-kira ini kali ketiga saya merubah letak-letak semua barang. Semoga kerapian kamar ini berlangsung lama. Yeah!

Lucciano Pizzichini

Seorang teman saya memasukkan sebuah link yang berisi vidio seorang anak kecil yang jago bermain gitar di umur 8 tahun. Kemudian saat menunggu vidio tersebut bisa diputar tanpa terhambat sedikitpun, saya pun melihat-lihat vidio lainnya. Kemudian saya pun meng-klik sebuah vidio dengan anak sangat lucu didalamnya . Namanya Lucciano Pizzichini , saat itu dia berumur tujuh tahun dan kalian lihat saja lah vidionya. Ahh, sangat menggemaskan sekali anak ini. Yang membuat saya tertarik adalah anak ini bisa sangat ceria di bawah panggung, dan bisa sangat tenang di atas panggung. Saya yakin dia akan menjadi musisi besar suatu hari nanti, dan saya ingin bertemu dengan dia. haha. Dan lihat! Nuansa anak-anaknya sangat tergambar pada dua gitarnya yang ditempeli sticker spongebob!

......

Mendadak tidak mau mempercayai orang lain. Bagaimana bisa percaya? Bahkan mereka tidak menghargai apa yang telah saya buat? Hanya bisa mencaci maki saja..