Mungkin memang petuah "be your self" itu tidak boleh diacuhkan begitu saja. Ya, sudah jelas dan pasti bahwa tidak ada orang yang tidak familiar dengan petuah tersebut. Beberapa diantaranya mungkin sudah bosan untuk mendengarkannya. Tapi pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar melakukan hal itu dengan sepenuh hati?
Alih-alih tidak ingin dikecewakan atau tidak ingin dipandang seperti begini ataupun begitu, tidak jarang orang mengeluarkan sikap diluar kebiasaannya. Orang yang sebenarnya sangat menyenangkan, hangat, dan ramah, bisa saja tiba-tiba menjadi sangat kaku, pendiam, dan penuh curiga.
Orang yang sebenarnya penuh dengan ide-ide menarik, wawasan yang luas, bisa tiba-tiba menjadi sangat membosankan, atau terkesan angkuh.
Terlalu banyak informasi yang diserap dari luar pun tidak begitu bagus. Informasi itu akan sangat bagus ketika dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan. Tapi tetap saja keputusan harus sesuai dengan apa yang dirasakan oleh hati. Pikiran bolehlah menjadi pertimbangan, tapi hati pun tetap harus didengar bukan?
Layaknya sebuah film, orang lain itu posisinya sebagai pemeran pembantu, sedangkan kita sendiri adalah pemeran utamanya. Yang paling tahu apa yang terbaik dan apa yang semustinya dilakukan, ya kita sendiri. Bukan orang lain. Orang lain itu hanya sebagai pemberi saran dengan perspektif berbeda yang tidak selalu harus di iya-kan.
Kembali lagi ke karakter, orang-orang memiliki karakter yang berbeda. Punya sejarah hidup yang tidak sama, pengalaman yang juga berbeda-beda. Sehingga dalam membuat keputusan pun, setiap orang memiliki pertimbangannya masing-masing. Belum tentu metoda yang dilakukan si A sesuai dengan yang dilakukan si B. Begitupun sebaliknya.
.........
Tulisan ini hanya sekedar tulisan pengingat pada si hati dan pikiran yang selalu saja tidak klop. Si pikiran yang terlalu rumit, menyebabkan hati ini merasakan kerumitan yang luar biasa. Oke, untuk saat seperti ini, saya membutuhkan pantai.
Comments