Aku merasa seperti berbicara dengan patung.
Atau mungkin lebih cocok kusebut sebagai boneka, karena sosokmu yang lucu dan terkadang menggemaskan.
Begitu banyak boneka berhamburan diatas tempat tidur itu, hanya kau lah yang selalu membuatku ingin mendekap.
Segaris senyuman telah diciptakan, tanpa ada perubahan ekspresi.
Ketika aku tertawa, kau tersenyum.
Aku marah, kau tetap tersenyum.
Aku mengeluh, kau masih saja tersenyum.
Aku menangis, kau tiada henti tersenyum.
Bingung dan hampir putus asa bagaimana cara membuatmu lebih antusias dan tersenyum lebih lebar.
Kau pun selalu membalas dengan senyuman yang memintaku untuk sabar dan bersyukur.
Tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi.
Semangat ku hilang ketika kau masih saja tersenyum.
Atau mungkin lebih cocok kusebut sebagai boneka, karena sosokmu yang lucu dan terkadang menggemaskan.
Begitu banyak boneka berhamburan diatas tempat tidur itu, hanya kau lah yang selalu membuatku ingin mendekap.
Segaris senyuman telah diciptakan, tanpa ada perubahan ekspresi.
Ketika aku tertawa, kau tersenyum.
Aku marah, kau tetap tersenyum.
Aku mengeluh, kau masih saja tersenyum.
Aku menangis, kau tiada henti tersenyum.
Bingung dan hampir putus asa bagaimana cara membuatmu lebih antusias dan tersenyum lebih lebar.
Kau pun selalu membalas dengan senyuman yang memintaku untuk sabar dan bersyukur.
Tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi.
Semangat ku hilang ketika kau masih saja tersenyum.
Comments