Pagi telah datang, matahari sudah tersenyum padanya, namun dia tetap tertunduk lesu menatap tanah yang basah bekas hujan kemarin malam. Kehangatan matahari tak bisa melenyapkan sekelebat pikirannya. Gelap yang ada di otaknya, mungkin itu yang terlihat jika kita bisa membedah kepalanya. Berusaha keras untuk memaklumi, namun ia tidak bisa. Kerikil itu masih tersisa, bahkan masih berbentuk bulat sempurna. Tidak mengecil, juga tidak membesar, tidak memudar juga tidak bertambah pekat. Bentuknya masih sama, persis seperti malam ketika kerikil itu dijatuhkan dalam tubuhnya.
Beberapa waktu belakangan ini, saya dihadapkan dengan pikiran teman-teman terdekat, yang menurut saya cukup dalam, serius, dan berat. Pemikiran-pemikiran itu muncul disaat kami mengadakan suatu diskusi mengenai hidup. Kemudian, saya pun berpikir. Bertanya dalam hati. Mengapa ya saya tidak pernah kepikiran tentang semua yang mereka pikirkan? Ya, tidak sedikit pun! Kebanyakan dari mereka memikirkan sesuatu yang kontradiksi. Dan banyak juga yang memikirkan tentang betapa menyedihkannya diri dia maupun orang-orang didunia ini, sebenarnya. Mereka berpikir mengenai hal-hal suram yang ada di dunia ini. Sampai kemudian, seorang teman berkata. "Kamu itu orangnya positif, kamu senang melihat kebahagiaan orang-orang disekitar kamu" Oh, ya barangkali. Saya memang lebih senang dengan segala sesuatu yang lebih berwarna dibandingkan hanya hitam-putih. Sehingga mungkin memang saya lebih memilih untuk melihat kebahagiaan orang lain dibandingkan kesedihan mereka. Namun sayangnya, kalimat itu b...
Comments