Ini sudah angkutan umum ke delapan yang berhenti untuk aku naiki. Aku masih terus melakukan aksi menggelengkan kepala ke kanan dan kiri setiap sang supir menyapaku dengan suara cemprengnya. Aku terus melanjutkan perjalananku, melangkahkan kaki menelusuri jalan yang sudah tidak aku kenali lagi. Pandanganku kebawah, melihat sepatu putih butut ku yang mulai sobek di pinggirannya. Sesekali aku tersenggol oleh pejalan kaki lainnya. Namun, pandanganku tetap ke bawah, hanya ketika menyebrangi jalan, aku menaikkan pandanganku. Tiba-tiba aku merasakan hangat di pipiku, pipiku berair, semakin lama tetesan air yang turun dari mata kecil ini semakin deras. Aku sudah tidak bisa menahannya. Aku terisak, ini menyebabkan rasa penasaran besar, atau mungkin rasa khawatir dari orang-orang yang kutemui di jalanan. Beberapa orang terlihat berusaha menghampiriku untuk bertanya apa yang telah terjadi. Namun tak kuhiraukan, aku tetap terus berjalan sambil menunduk. Entah sudah berapa jam aku berjalan,...