Ini adalah sebuah kisah anak perempuan yang sedang duduk menatap refleksi wajahnya di pinggir sebuah kolam. Ia melihat sosok dengan wajah amat menyedihkan dalam kolam itu. Tidak ada senyum ceria yang biasa ia berikan kepada manusia-manusia lainnya. Ia kembali mengingat seorang teman yang telah berjalan beriringan dengannya selama setahun penuh. Teman yang selalu ia cari saat ia sedang merasa kesusahan. Teman yang ia rasa menuju satu arah yang sama dengannya. Teman yang mengajarinya banyak hal. Kini mereka sudah tidak berjalan beriringan lagi. Anak perempuan itu sudah tertinggal jauh, sementara temannya terus berlari dan berlari tanpa lelahnya. Ia tidak merasa punya kekuatan untuk terus berlari, ia pun hanya duduk terdiam seolah menunggu sesuatu datang. Namun ia pun tak tahu apa yang akan datang atau apa yang ia inginkan untuk datang.
Beberapa waktu belakangan ini, saya dihadapkan dengan pikiran teman-teman terdekat, yang menurut saya cukup dalam, serius, dan berat. Pemikiran-pemikiran itu muncul disaat kami mengadakan suatu diskusi mengenai hidup. Kemudian, saya pun berpikir. Bertanya dalam hati. Mengapa ya saya tidak pernah kepikiran tentang semua yang mereka pikirkan? Ya, tidak sedikit pun! Kebanyakan dari mereka memikirkan sesuatu yang kontradiksi. Dan banyak juga yang memikirkan tentang betapa menyedihkannya diri dia maupun orang-orang didunia ini, sebenarnya. Mereka berpikir mengenai hal-hal suram yang ada di dunia ini. Sampai kemudian, seorang teman berkata. "Kamu itu orangnya positif, kamu senang melihat kebahagiaan orang-orang disekitar kamu" Oh, ya barangkali. Saya memang lebih senang dengan segala sesuatu yang lebih berwarna dibandingkan hanya hitam-putih. Sehingga mungkin memang saya lebih memilih untuk melihat kebahagiaan orang lain dibandingkan kesedihan mereka. Namun sayangnya, kalimat itu b...
Comments