Skip to main content

Cahaya Yang Hilang

Membuka-buka folder lama, menemukan beberapa tulisan curhat patah hati. Ditulis pada 31 Mei 2013, jam 1:38 PM. 

.,

Aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku? Mengapa aku tidak bisa meredamkan api amarah ini? Tidak biasanya aku begini.

Pelan aku tundukkan kepalaku, terdengar deritan dari meja tua yang sudah usang itu ketika mengubah posisi dudukku. Ternyata rambutku sudah sepanjang ini, aku menyibakkan rambut panjang hitam bergelombang itu ke bahu kananku, sesekali aku mainkan ujung-ujungnya. Rambut ini mungkin yang menjadi saksi atas perubahan yang terjadi dalam diriku, yang bahkan aku sendiri tidak mengerti. Pelan, mulai aku mainkan kaki yang menggantung di atas meja itu, deritan semakin terdengar, kali ini tiada henti, hampir memekakkan telingaku, tapi aku tidak peduli.

.,

Aku berjalan menyusuri bangunan tua itu, mencari-cari sebuah ruangan kosong yang mungkin menjadi tempat Keyla bersembunyi. Ada rasa khawatir yang terus bermain di kepala maupun dadaku. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, entah apa yang dia pikirkan, gadis ceria yang kukenal itu kini telah berubah menjadi gadis yang menyimpan banyak rahasia.

Akhirnya aku melihat sebuah ruangan usang yang lampunya menyala, mungkin Keyla ada di sana. Langsung aku menghampiri pintu yang sudah tidak ada gagangnya itu, sulit sekali membukanya kalau tidak didorong dengan sekuat tenaga. Rasa tidak sabar mulai menghampiriku, akupun mendorong pintu besar yang terbuat dari kayu jati itu, terdengar deritan panjang, tapi aku tidak peduli.

.,

Cahaya dari luar ruangan itu menyapu seluruh tubuhku, berlama-lama di dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan temaram ternyata membuat mataku kaget menerima cahaya dari luar. Dari arah pintu, aku lihat sosok pria berbadan tinggi, oh Rio, apa yang sedang dilakukannya disini.

“Ada apa?” tanyaku sebelum dia semakin mendekat. “Berapa kali aku telepon, kenapa tidak kamu angkat?” jawabanku dibalas dengan pertanyaan, ya itulah Rio, selalu ingin menjadi yang nomor satu. Kadang akupun muak dengannya, namun dia tetap sahabatku, teman masa kecilku, yang selalu ada menemani terang dan gelapnya kehidupanku. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin sendiri” jawabku pelan sambil kembali memainkan kaki. “Semua khawatir sama kamu Key, tidak biasanya kamu begini. Ada apa?” ternyata Rio masih belum puas untuk menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaannya, aku pun mulai menghelakan nafas sambil kembali menunduk hingga sebagian mukaku tertutup rambut. Aku terdiam.

.,

Dia terdiam, tidak menjawab pertanyaanku. Kepalanya ditundukkan, rambut menutupi sebagian wajahnya. Pelan aku raih rambut hitam itu, halus, mungkin orang-orang tidak akan mengira, Keyla yang sangat menyukai aktivitas outdoor ini ternyata memiliki rambut yang halus dan terurus. Dengan lembut aku menyelipkan rambut itu di balik telinganya, agar rambut tidak menutupi mukanya. Dia masih menunduk, tapi tidak menangis. Keyla memang tipikal gadis yang kuat, hanya saja, disaat-saat tertentu, terutama ketika dia sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya, dia bisa saja menangis layaknya anak kecil. Tapi kali ini tidak, dia terlihat sangat tegar, namun tetap dengan pandangan yang kosong.

“Kamu bisa cerita kepadaku, kamu tahu itu, Key” akhirnya aku memecah keheningan. Dia masih terdiam. “Hey, Keyla?” Aku semakin tidak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi pada gadis yang sudah aku kenal sejak kecil itu. Biasanya Keyla tidak pernah bisa menyimpan sedikitpun rahasia di belakangku. Semua akan dia ceritakan, bahkan hal-hal yang tidak penting yang aku pun tidak ingin mendengarnya. Dia masih saja terdiam, sampai kemudian aku lihat air sudah menetes dari matanya. Mungkin aku sudah terlalu jauh mendorongnya. Aku pun terdiam, dan mengambil posisi disebelah Keyla, di meja cokelat tua yang sudah hampir habis dimakan rayap itu. Aku pun mulai merangkulnya, meletakkan kepalanya di bahuku, membiarkannya menangis tersedu-sedu. Aku terdiam, melihatnya tak berdaya.

.,

Lagu Rindu

Mainkan lagi lagu itu
Seperti yang biasa kau lakukan dulu
Tumpahkan segala rasa rindu
Membentuk alunan nada yang merdu

Ingin kubuang rasa malu
Menari-nari dihadapanmu
Menyambut mentari yang tersenyum malu
Karena lama tidak bertemu
Mainkan lagi lagu itu
Untuk menghapus rasa sendu
Sembuhkan luka di masa lalu
Menuju hari yang baru
Karena aku ingin terus bersamamu

.,

Bisa dikatakan banyak yang berubah dalam hidupku, sejak aku mengenal Ezra. Mulai dari cara pandangku sampai caraku merasa. Bersama Ezra, membuat otakku tiada hentinya berpikir dan jiwaku tidak pernah ingin berhenti merasakan. Semua organ tubuhku bekerja aktif, memproduksi buah pikiran yang terkadang bisa membuatku tersenyum lega atau bahkan menangis tersedu.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Lari!

Masalah Semua orang pasti punya masalahnya masing-masing Tinggal bagaimana cara mereka menghadapi masalah itu Akankah mereka lari? Atau mereka bertahan, dan mencoba untuk memperbaikinya Seiring berjalannya waktu, semakin dewasa kita, maka semakin banyak pula masalah-masalah yang berdatangan. Masalah yang seharusnya kita hadapi agar kita bisa belajar menjadi seseorang yang lebih kuat lagi namun sering kali secara sadar maupun tidak, kita malah menghindarinya. Pernah ga kalian merasa seperti ini? Disaat kalian disakiti atau dikecewakan oleh orang lain, kemudian kalian merasa muak atau lelah, dan ingin pergi jauh dari orang tersebut, kemudian mencari orang baru yang menurut kalian akan lebih baik dari orang yang mengecewakan tersebut. Coba cermati kemudian renungkan kalimat ini : New people are only new for a day. After that they're just people. Who will excite you, disappoint you, scare you a little bit. And when that happens, It's good for avoiding things. But, the problem is yo...

Pengakuan Yang Tidak Jelas

Beberapa waktu belakangan ini, saya dihadapkan dengan pikiran teman-teman terdekat, yang menurut saya cukup dalam, serius, dan berat. Pemikiran-pemikiran itu muncul disaat kami mengadakan suatu diskusi mengenai hidup. Kemudian, saya pun berpikir. Bertanya dalam hati. Mengapa ya saya tidak pernah kepikiran tentang semua yang mereka pikirkan? Ya, tidak sedikit pun! Kebanyakan dari mereka memikirkan sesuatu yang kontradiksi. Dan banyak juga yang memikirkan tentang betapa menyedihkannya diri dia maupun orang-orang didunia ini, sebenarnya. Mereka berpikir mengenai hal-hal suram yang ada di dunia ini. Sampai kemudian, seorang teman berkata. "Kamu itu orangnya positif, kamu senang melihat kebahagiaan orang-orang disekitar kamu" Oh, ya barangkali. Saya memang lebih senang dengan segala sesuatu yang lebih berwarna dibandingkan hanya hitam-putih. Sehingga mungkin memang saya lebih memilih untuk melihat kebahagiaan orang lain dibandingkan kesedihan mereka. Namun sayangnya, kalimat itu b...

Potret on Vacation

Good Friends, Gr ea t H oliday! Pada hari Sabtu, 02 Agustus 2008, POTRET mengadakan hunting sekaligus liburan ke Pameungpeuk-Garut. Jangan bayangkan anak POTRET disini dengan jumlah yang sangat banyak yaa. Hanya "Perwakilan" dari POTRET saja yang ikut disini, yaitu Mbahrul, Aphiet, Andi, Rizki, Gita, dan Nana. Wah, aku cewe sendiri disini. Sebenernya sih hunting ke Pameungpeuk ini bisa dibilang rencana dadakan sih. Awalnya aku ngerencanain hunting ke Malabar. Tapi, karena 1 dan lain hal, akhirnya diputuskanlah untuk hunting ke Pameungpeuk. Kami semua janjian kumpul di McD Simpang Dago jam 05.00 WIB . Waktu aku nyampe jam 05.15 WIB, disana udah ada Mbahrul, Gita, dan Aphiet. Rizki akhirnya dateng jam 05.30 WIB. Dan, karena semua udah kumpul, akhirnya kami pun berangkat menuju Garut. Sekitar jam 8 kurang-an kami sampai di Kabupaten Garut. Pemberhentian pertama kami adalah tempat wisata Candi Cangkuang. Kami berada disana sampai jam 09.00 WIB. Tempatnya lumayan sih, ga jelek-...