Skip to main content

Siklus (Perkembangan) KondraLog


Perenungan diri ternyata tidak hanya bisa terjadi di tempat-tempat sepi, hening, aman, dan tentram. Namun sangat bisa terjadi disaat cuaca panas, gerah, dan tidak sepi maupun hening. Sehingga saya semakin setuju dengan teori strukturalisme mengenai Filsafat Kesadaran. Makna itu muncul atas kesadaran yang dimiliki oleh sang pemaham. Hal ini sebenarnya sudah pernah terlintas dalam benak saya. Bahkan saya pernah meng-curhat-kannya pada seorang teman, yang kemudian memberi saran sarin pada saya. Namun, karena saat itu kesadaran saya belum terkumpul sepenuhnya, hal ini hanya menjadi renungan sesaat, renungan di kala curhat saya. Lepas dari itu, saya tidak lagi memperdulikannya. Dan mungkin, di siang yang panas ini, di dalam mobil DheIjah, disitulah kesadaran saya hadir seutuhnya (walaupun Post-strukturalisme beranggapan bahwa kehadiran kita tidak pernah seutuhnya, karena kita terus berkembang. ;p). Dan saya berharap semoga ada perubahan yang terjadi setelah adanya perenungan ini.

Gambar diatas, apakah artinya? Dalam suatu perkembangan ada siklus kenaikan dan penurunan dan juga stabil. Siklus kenaikan disebut ekspansi (E), Penurunan disebut Kontraksi (K) dan Stabil disebut Stagnasi (St). Gambar pertama menunjukkan siklus perkembangan Kondratif. Kedua, siklus Logistik. Dan ketiga saya buat sendiri, gabungan antara siklus Kondratif dan Logistik yaitu siklus KondraLog.

Jadi begini kurang lebih ceritanya. Saya juga lupa apa yang menyebabkan saya membicarakan masa perkembangan saya, cerita itu mendadak saja terlintas di pikiran saya dan saya pun menceritakannya pada DheIjah. Ariana Hayyulia Rasyid di zaman SD bukanlah seperti Ariana Hayyulia Rasyid yang sekarang. Mungkin teman-teman SD saya yang cukup dekat saat itu, sangat mengetahui sifat dan karakter dan juga cara berbicara saya. Bisa dikatakan cukup gaul untuk seukuran anak SD, dimana anak-anak SD kebanyakan memakai kata pengganti "aku" atau "saya" atau bahkan namanya sendiri (kecuali anak-anak yang sekolah di SD saya dan sekolah swasta lainnya), saat itu saya memakai kata ganti "Gue". Sifat saya mungkin tidak jauh berbeda dengan sekarang, saya adalah anak yang sangat aktif (bukan di kegiatan, tapi emang aktif kesana kemari, semacam hiperaktif lah ya). Saya disebut guru saya sebagai anak perempuan yang kasar, dan saya berteman dengan teman-teman cowo yang lebih tua dan memang suka berbicara kasar, ya dan saya mengikutinya. Saya benar-benar merasa saya itu gaul sekali saat SD dulu. Dimana saya sering mencoba berbagai hal, saya tidak banyak takut ini takut itu. Saya selalu membuat keonaran, saya sering membuat teman saya nangis, dan pernah mencelakai teman saya (bibirnya berdarah gara-gara main kejar-kejaran sama saya). Benar-benar tipikal anak yang tidak bisa diatur, yang gampang meluapkan emosinya (pundung juga salah satunya ;p). Tingkah laku saya benar-benar seperti anak laki-laki pada saat itu. Tapi kalau saya ingat-ingat lagi sekarang, saya merasa saya yang dulu itu lebih tahan banting. Sangatlah bukan tipe anak perempuan yang mau dilindungi oleh anak laki-laki. Ya, kurang lebih itu gambaran saya saat SD.

Kemudian saat memasuki Sekolah Menengah Pertama, saya kembali masuk ke dalam sebuah sekolah swasta. Namun sekolah ini berbeda dengan sekolah saya jaman SD, dimana anak-anak disini lebih halus (mungkin lebih nyunda) dan sepertinya sangat jarang yang memakai kata ganti "Gue" untuk dirinya. Mereka lebih memakai "saya" atau "aku" atau nama mereka sendiri. Karena merasa aneh apabila saya terus menerus memakai sebutan "Gue", akhirnya saya memutuskan untuk mengganti sebutan untuk diri saya dengan "saya" atau terkadang memakai nama saya sendiri "nana". Disini saya bergaul lebih banyak dengan anak-anak perempuan, yang bisa saya katakan cukup polos. Ada beberapa teman dekat laki-laki, tapi tidak terlalu dekat. Tidak sampai ke tahap ngobrol dari hati-ke hati. Sehingga bisa dikatakan, kalau saya ingat-ingat lagi, disini lah masa nya saya mulai menjadi cupu. Tapi, sifat saya masih belum terlalu banyak berubah. Saya masih seorang anak perempuan yang cukup mandiri, tidak tergantung pada siapapun, cuek dengan segala yang ada (kecuali dalam hal keceng mengeceng ;p), dan juga tetap menjadi anak perempuan yang seolah-olah tidak butuh perlindungan anak lelaki (tough girl banget lah ;p). Sampai akhirnya suatu hari, seorang teman SMP saya membicarakan mengenai anak laki-laki yang selalu ingin melindungi anak perempuan. Kemudian saya bertanya pada mereka, "kalau saya, bukan tipe cewe yang harus dilindungi ya?" seingat saya mereka menjawabnya sambil tertawa, dan menjawab "tidak". Gambaran pikiran dan hati saya saat itu seperti yang ada di komik-komik, dimana tokoh komiknya tersebut merasa tertohok dan seperti di sambar petir *JEGEEEERRRRR* dan kegelisahan mulai merayapi jiwa dan raga saya. Ya, sepertinya sih begitu, tapi saya belum tau pasti apakah pembicaraan ini yang menyebabkan saya pada akhirnya semakin melunakkan diri saya. Dan sebenarnya saya tidak pernah mengingat dan memikirkan pembicaraan ini lagi sampai saat saya berumur 21.

Kemudian sampailah saya dalam tahap dimana seharusnya proses kedewasaan dimulai. Masa-masa SMA. Tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi pada diri saya. Tapi satu perubahan yang pasti dan sangat saya ingat adalah, setelah saya bertemu dan dekat dengan teman-teman SMA saya (tepatnya saat kelas 2 SMA) saya mulai menjadi anak yang memiliki ketergantungan dengan teman-teman saya. Karena mereka yang membuat comfort zone saya terbentuk. Cara mereka memperlakukan saya, sangat berbeda dengan teman-teman saya yang lainnya. Dan pada saat SMA ini lah saya benar-benar merasa dekat dengan teman, lebih tepatnya kedekatan emosionalnya. Dan kecupuan saya semakin menjadi saat saya pertama kali berpacaran, haha. Disini semuanya benar-benar berubah. Dimana kata ganti "saya" atau nama tersebut saya ubah menjadi "aku" (karena dulu saya berpikir, kalau orang pacaran harus pake aku-kamu, kalau ga, ga asik). Dan mulai saat itu lah akhirnya saya memakai kata ganti "aku" ini ke semua orang yang saya temui. Baik itu yang baru kenal atau yang sudah kenal dekat. Tapi untuk beberapa orang, saya masih memakai sebutan yang lama. Seperti pada Ipey (teman SD), saya masih menggunakan "gue-elu". Atau dengan teman-teman kosan saya, saya masih tetap menyebutkan nama saya.

Saat memasuki jenjang perkuliahan, tidak ada perubahan pada saya. Masih tetap seperti ini, hanya beberapa sifat buruk yang mulai semakin saya tinggalkan, seperti pundung berlebihan yang mulai dikurangi. Meskipun masih tetap suka pundung sih. Tapi memang belum ada perubahan yang sangat substansial yang terjadi pada diri saya.

Apabila kalian tanya, apa yang saya rasakan dan pikirkan saat ini sekarang?
Saya cupu.
Itulah yang saya pikirkan, dan kalau menyebutkan kata cupu ini, saya langsung teringat pada seorang teman yang sering menyebut saya cupu. Pada awalnya saya tidak mau menerimanya, tapi ya karena yang saya bilang tadi, kesadaran saya siang ini memang untuk menemukan sebuah makna kecupuan dalam diri saya. Sehingga akhirnya, saya mengakui, ya, saya cupu.

Haha, aneh sekali ya, dimana semakin kesini manusia berkembang menjadi luas lagi, dan saya merasa saya berkembang menjadi sempit. Dimana anak-anak cupu itu sekarang menjadi anak gaul, dimana anak-anak polos sekarang menjadi liar, tapi saya? Saya malah menjadi cupu. Haha.

Tapi, tidak ada keharusan untuk menjadi manusia. Tidak ada keharusan untuk menjadi tidak cupu atau untuk menjadi yang hebat, berwawasan luas, dan sebagainya. Semuanya kembali pada diri kita sendiri, apabila memang kita membutuhkan suatu perubahan, ya mengapa tidak? Tapi kalau kita masih merasa nyaman, dan belum menginginkan perubahan, ya kenapa tidak juga? Tidak ada sesuatu keharusan untuk menjadi sesuatu. Tidak ada suatu larangan untuk tidak menjadi sesuatu. Dan menurut saya tidak boleh ada sesuatu yang dipaksakan. Semua harus ada pada tempatnya dan sesuai porsinya.

Mungkin saat ini saya memang sangatlah cupu, tapi kalian yang mengenal saya sekarang lebih beruntung dengan mereka-mereka yang mengenal saya lebih dahulu. Karena saya dahulu lebih atau bahkan sangat menyebalkan lho dari sekarang. Jadi, kalau sekarang saya menyebalkan, bagaimana saya yang dulu ya? Haha. Itu hal positif yang bisa saya jual untuk kalian semua :D


One day I'll fly away
Leave all this to yesterday
Moulin Rouge


Comments

dheaditya's said…
hiyahhh cupu anda ariana
saya rasa anda kurang kemauan dan kurang semangat dalam bergaul maunya sama yang doyan makan doang
Ariana Hayyulia said…
hahhahahaa, iya lah yang gaul mah..ampunn.. \m/
Aulia Fitrisari said…
nana ingin baca tapi anjang hahah
Aulia Fitrisari said…
eh, panjang haha salah ketik

Popular posts from this blog

Kamar Baru Ku

Hore! akhirnya kamar saya kembali tersusun sebagai mana mestinya. Ada sedikit perubahan (lagi) di kamar ini. Perubahan letak kasur, meja belajar, meja tv. Haha. Hmmm, jadi kira-kira ini kali ketiga saya merubah letak-letak semua barang. Semoga kerapian kamar ini berlangsung lama. Yeah!

Lucciano Pizzichini

Seorang teman saya memasukkan sebuah link yang berisi vidio seorang anak kecil yang jago bermain gitar di umur 8 tahun. Kemudian saat menunggu vidio tersebut bisa diputar tanpa terhambat sedikitpun, saya pun melihat-lihat vidio lainnya. Kemudian saya pun meng-klik sebuah vidio dengan anak sangat lucu didalamnya . Namanya Lucciano Pizzichini , saat itu dia berumur tujuh tahun dan kalian lihat saja lah vidionya. Ahh, sangat menggemaskan sekali anak ini. Yang membuat saya tertarik adalah anak ini bisa sangat ceria di bawah panggung, dan bisa sangat tenang di atas panggung. Saya yakin dia akan menjadi musisi besar suatu hari nanti, dan saya ingin bertemu dengan dia. haha. Dan lihat! Nuansa anak-anaknya sangat tergambar pada dua gitarnya yang ditempeli sticker spongebob!

......

Mendadak tidak mau mempercayai orang lain. Bagaimana bisa percaya? Bahkan mereka tidak menghargai apa yang telah saya buat? Hanya bisa mencaci maki saja..