Skip to main content

Posts

Kehidupan Bertetangga

"Pernikahan membuat seseorang berubah. Tidak sama seperti pacaran." Ada cukup banyak orang yang mengingatkan saya mengenai kalimat di atas, sebelum menikah. Sebagian besar dari mereka berfokus pada perubahan karakter sang suami, yang tidak lagi 'semanis' maupun seromantis saat pacaran. Mungkin lebih tepatnya bukan karakter yang berubah, namun sudah tidak ada lagi yang dapat disembunyikan untuk menciptakan impresi pada pasangan. Seolah di'telanjangi', karakter asli pasti muncul ketika sudah menikah.  Hampir lima bulan saya menikah, syukur Alhamdulillah  belum ada perubahan signifikan yang menyebabkan saya menyesal karena telah mengambil keputusan ini. Justru perubahan terjadi pada diri saya, tepatnya pada cara saya berpikir. Mungkin tidak semuanya bisa saya ceritakan secara rinci di sini, karena perubahan ini terkait dengan beberapa pemikiran yang cukup personal.  Kehidupan sebelum dan menikah saya cukup berbeda. Terutama dalam lingkungan bertetang
Recent posts

Lupa Telah Bersuami

Kehidupan rumah tangga ini sepertinya akan sangat menyenangkan dan penuh tantangan.  Kenapa? Karena saya menghabiskan setengah bulan di Yogyakarta, bersama suami, dan setengah bulan tanpa suami di Bandung. *** Pertengahan sampai akhir Maret lalu, saya di rumah suami. Suatu hari, saya kedatangan tamu dari kampung sebelah, Keke Ode Naomi, yang adalah teman suami juga. Tepat ketika Keke datang, suami saya sedang pergi melatih merpati-merpati kesayangannya untuk terbang. Kami pun memutuskan untuk pergi ke tempat bakso favorit saya, Bakso Ronayan. Saat menguyah bakso, sebenarnya saya sempat berpikir, "Hmmm, kayanya bisa sih dibungkus dan dibawa pulang baksonya. Eh, tapi nanti kemakan ngga ya?" . Sayangnya, pemikiran itu hanya muncul sekali saja, lantas saat saya dan Keke asyik bercerita tentang hal-hal yang menarik bagi wanita, saya seketika lupa untuk membawa pulang bakso tersebut untuk suami. Begitu tiba di rumah, dan suami sudah pulang, saya dengan wajah be

Menikah

Judul cerita malam ini tampak begitu serius. Menikah. Iya, menikah! Akhirnya saya menikah juga!  *** 18 Februari 2017, menjadi salah satu hari terbahagia untuk saya. Setelah melewati berbagai persiapan yang cukup memakan pikiran, Alhamdulillah semuanya berjalan lancar.  Saya menikahi pria yang sukses menciptakan keresahan dalam hidup selama hampir 2.5 tahun belakangan, Dian Faqih Widhiakto. Sampai hari ini, terkadang masih tidak percaya, saya jadi juga menikah, yaaa  meskipun meleset satu tahun dari target yang direncanakan. Haha . Kalau resah terus, kenapa dinikahin? Ya, siapa tahu aja ada yang bertanya begitu.  Menurut saya, resah berarti berpikir. Descartes, seorang filsuf, mengatakan " Aku berpikir maka aku ada ". Jadi, dengan segala keresahan yang muncul, saya menjadi lebih hidup, lebih sensitif, lebih banyak mendengar, dan terus mencoba untuk lebih bijaksana dalam menghadapi masalah-masalah, baik itu kecil maupun besar.  Pernikahan ini, b

Gas dan Rem

Di suatu sore yang mendung, sekitar pertengahan tahun 2013, saya dan beberapa teman sedang terlibat dalam obrolan santai mengenai hidup. Sampai lah obrolan tersebut pada topik, kriteria pasangan hidup ideal menurut saya. Tentu saja banyak orang yang mendambakan, seorang pasangan yang memiliki hobi dan kegemaran yang sama dengan dirinya. Dengan begitu, hidup akan tampak lebih seru. Mengerjakan hal-hal yang disukai, bersama-sama dengan orang tercinta.  Salah satu impian saya sedari dulu adalah untuk dapat berjalan-jalan, keliling Indonesia, bahkan keliling dunia. Ada banyak hal menarik yang selalu saya dapatkan dari perjalanan, baik itu dalam hal pemikiran, motivasi dalam menjalankan hidup, dan masih banyak lagi. Dengan kebiasaan tinggal berpindah-pindah sedari kecil, bisa menghabiskan sisa hidup dengan berkeliling Indonesia atau dunia tentu akan sangat menyenangkan. Oleh sebab itu, idealnya saya mendambakan seseorang yang bersamanya, saya dapat bergandengan, melakukan petualangan h

730 Hari

Tujuh hari dalam seminggu Tak pernah utuh kita bertemu Tiga puluh hari dalam sebulan Hanya dengan rindu kita berkawan Tujuh - Tiga Puluh Ada ratus di tengahnya Tujuh ratus tiga puluh hari Tak terasa, selama itu Kita telah bersama

Pekerjaan Impian

Beberapa menit lalu tidak sengaja membaca sebuah tulisan dari temannya teman. Topik menarik dengan sebuah pertanyaan yang menyentil "What is your dream job?". Jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada saya beberapa tahun silam, mungkin akan sulit untuk menjawabnya. Banyak sekali yang saya minati, dan banyak juga yang saya inginkan. Saya ingin menjadi penulis, ingin juga menjadi fotografer, lalu juga ingin menjadi pemilik agen travel. Beberapa pekerjaan yang saya impikan secara serius salah satunya adalah keliling dunia menonton konser-konser musisi hebat dan mendokumentasikannya. Saya ingin menjadi fotografer panggung. Tahun demi tahun berlalu, kisah demi kisah terlewati. Ada pengalaman baru yang membuat mimpi tersebut menjadi berkembang. Berkembang ke arah tidak terlalu ngoyo alias saya pasrahkan mimpi tersebut dengan pemikiran, yang penting saya mengerjakan sesuatu yang memang saya senangi. Beruntung, di tahun 2013 awal, saya sempat bekerja paruh waktu sebagai report